Dodo, usia 1 tahun 6 bulan, sehari-harinya dikenal sebagai anak laki-laki yang sehat, badannya montok dan menggemaskan siapapun yang melihatnya. Pagi itu entah kenapa Dodo menjadi begitu rewel, sebentar menangis dan sebentar tidak. Ketika menangis dia seperti menjerit kesakitan. Ketika tidak sedang kesakitan, Dodo masih mau minum seperti biasa. Keluhan bertambah berat ketika Dodo berulang kali muntah. Selain itu saat ibunya mengganti celana Dodo, dilihat oleh ibunya ada lendir kemerahan menempel di celana Dodo. Terang saja ibunya Dodo bertambah cemas karena anaknya kok ‘berak darah’. Segera ibunya Dodo membawanya ke RS terdekat. Dokter IGD yang menangani pertama kali, memberi tahu bahwa Dodo harus segera dikonsulkan ke dokter bedah. Dokter bedah yang datang kemudian memeriksa Dodo dan melakukan pemeriksaan colok dubur. Pada sarung tangan dokter ternyata tertempel darah. Ketika di IGD Dodo kembali kumat, menangis menjerit kesakitan dan diakhiri dengan muntah. Ketika dilihat celananya, kembali ada lendir bercampur darah segar yang menempel. Dokter bedah menjelaskan Dodo mengalami invaginasi usus, dimana usus saling menjepit yang menimbulkan rasa yang amat nyeri dan juga perdarahan. Berhubung ini kasus emergency, Dodo harus segera dilakukan operasi dan tidak ada pilihan lain.
Ibunya Dodo sebenarnya tak tega, anaknya yang masih kecil harus dioperasi, tapi tak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa Dodo selain operasi cito itu...
Kasus diatas adalah salah satu gambaran ‘sakit perut’ serius pada anak yang membutuhkan tindakan pembedahan segera. Sementara itu sakit perut pada anak sendiri banyak sekali penyebabnya. Tidak selalu mudah mencari penyebab sakit perut pada anak, karena anak tidak selalu bisa mendiskripsikan sakitnya dan menunjuk lokasi nyerinya dengan tepat, terutama pada anak dibawah 2 tahun. Alhasil sakit perut pada anak cukup merepotkan dokter anak atau dokter bedah apabila gejalanya tidak khas. Sakit perut bisa saja nampaknya ‘ringan-ringan saja’ tapi seorang dokter harus menguak penyebabnya sebab dikhawatirkan ada masalah serius baik di dalam rongga perut atau di luar rongga perut.
Bagaimana mengenali sakit perut pada anak ?
Tergantung pada usia anak sebab seorang bayi tentu belum bisa mengeluh kepada orang tuanya berbeda dengan anak besar yang sudah bisa berbicara. Kita harus curiga bayi sampai usia 3 bulan menderita sakit perut kalau dia muntah-muntah terus. Pada usia 3 bulan sampai 2 tahun, selain muntah anak akan menjerit mendadak, bahkan dengan tangisan yang tanpa diketahui penyebabnya. Pada anak yang usia 2 tahun sampai 5 tahun, dia akan mengekspresikan keluhannya kepada orang tua walaupun belum dapat menunjukkan secara jelas lokasi sakitnya. Pada anak usia 5 sampai 7 tahun, anak dapat lebih menjelaskan sakit perutnya.
Selain gejala sakit perutnya, seorang dokter tentu harus mencari gejala lainnya seperti bagaimana buang air besarnya, buang air kecilnya, disertai demam atau tidak, ada muntah atau tidak dsb. Pada anak yang sudah besar dan bersekolah digali kemungkinan adanya masalah psikologis di sekolah atau lingkungan bermain si anak.
Apa penyebab sakit perut pada anak ?
Penyebab sakit perut dibagi atas 3 hal : adanya kelainan organik di daerah perut, kelainan di luar rongga perut dan kelainan non organik (psikis).
Kelainan organik di rongga perut antara lain adanya gangguan/masalah pada usus (misal : infeksi usus, apendisitis, malrotasi, invaginasi, bolus cacing), pankreas, ginjal/saluran kemih, alat kelamin dalam (genitalia interna), hati dan saluran empedu. Kelainan di luar rongga perut antara lain : hernia inguinalis (hernia pada selangkangan paha), radang paru-paru (pneumonia), radang pleura (pleritis) dan kelainan jantung. Karenanya sakit perut pada anak tidak melulu terpaku pada kelainan di dalam perut bisa juga di luar perut, termasuk lekemia dan gangguan saraf -otot (spasmofili).
Kelainan non organik umumnya diketahui setelah seluruh pemeriksaan telah dilakukan secara teliti dan tak ditemukan penyebab organik. Untuk kasus seperti ni dokter sering merujuk anak ke psikiater atau psikolog untuk ikut menangani.
Sakit perut pada anak ada yang membutuhkan tindakan bedah dan ada yang cukup dengan pengobatan non bedah (obat-obatan).
Apa penyebab organik sakit perut pada anak yang memerlukan tindakan pembedahan ?
Penyebab sakit perut tersering yang memerlukan tindakan bedah pada anak usia dibawah 2 tahun adalah : invaginasi (usus yang saling menjepit), malrotasi (usus yang terpuntir), volvulus (perlekatan usus) dan hernia inguinalis strangulasi/inkarserata (hernia yang sudah menjepit usus)
Pada anak usia diatas 2 tahun : volvulus, perforasi usus dan malrotasi, apendisitis, peritonitis, trauma pada perut (ruptur limfa, buli-buli dll), perdarahan dalam perut (kasus DBD), bolus cacing dan perforasi usus karena infeksi cacing atau amuba.
Lalu apa penyebab organik sakit perut non bedah ?
Pada anak usia dibawah 2 tahun : infeksi usus (diare karena infeksi salmonella, shigella dll), infeksi paru (pnemonia) dan infeksi saluran kemih.
Usia diatas 2 tahun : Infeksi usus (diare), gastritis, keracunan makanan, penyakit Crohn, kolitis dan gangguan pasase usus (obstipasi), hepatitis, kolelitiasis, pankreatitis akut, infeksi saluran kemih, batu dalam saluran kemih, nefritis, radang rongga panggul (salpingitis) dan gangguan metabolik.
Masalah psikis seperti apa yang dapat menyebabkan ‘ sakit perut’ pada anak ?
Banyak hal dalam problem psikologis anak yang membuat anak mendadak ‘sakit perut’.antara lain : perubahan pola hidup anak yang dipaksakan atau tidak disukai si anak (contoh pindah rumah atau pindah sekolah). Hal lain misalnya : anak yang trauma dengan perlakuan gurunya yang’galak’ di sekolah atau takut ancaman kakak kelasnya (bullying) atau kekhawatiran dengan tes atau ujian di sekolah yang dirasa sulit. Pada keadaan yang terakhir maka si anak akan mendadak sakit perut menjelang berangkat ke sekolah, dan sakitnya hilang setelah anak pulang dari sekolah yang ‘menyiksanya’.
Bapak yang ‘kejam’ di mata anaknya, dapat juga membuat anak sakit perut mendadak ketika mendengar suara mobil ayahnya tiba di rumah. Ibu yang suka memukul atau menjewer ketika sedang mengajari anak di rumah, membuat anak ‘mulas’ atau sakit perut ketika mulai waktunya belajar.
Dikatakan juga perpisahan dengan teman, pengasuh atau ibu-bapaknya yang bercerai dapat juga mencetuskan ‘sakit perut’ pada anak.
Apa yang harus diingat oleh seorang dokter dalam menelusuri penyebab sakit perut pada anak ?
Bahwa sakit perut pada anak tidak selalu dengan gambaran klinis yang khas atau diskripsi sakit yang jelas. Satu hal lagi : sakit perut pada anak dapat disebabkan oleh penyakit atau keadaan di luar rongga perut !
Karenanya masalah sakit perut pada anak adakalanya merepotkan dokter dan orang tua sebab diagnosis dapat saja ditegakkan setelah melakukan serangkaian pemeriksaan yang cukup banyak. Ketika semua sudah diperiksakan dan ternyata diketahui tak ada kelainan organik, maka barulah kita mengatakan penyebabnya masalah non organik atau psikis saja !
Invaginasi (intususepsi) adalah penyebab sakit perut yang paling sering pada anak dibawah 2 tahun, dapatkah dijelaskan lebih lanjut ?
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana bagian usus saling menjepit sehingga ada bagian usus yang nekrosis sampai timbul perdarahan. Gejala yang khas pada invaginasi adalah bayi atau anak pada saat tertentu menangis menjerit kesakitan (kolik yang hilang timbul) disertai muntah-muntah dan buang air besar berdarah (hematoskizia). Khusus untuk berak berdarah, kadang yang keluar hanya lendir dan darah segar yang menempel di celana. Selanjutnya pasien dapat kembali tenang, tapi gejala tadi dapat berulang kembali. Gejala seperti ini khas dan orang tua umumnya dapat bercerita dengan jelas perjalanan penyakit anaknya.
Dari berbagai gejala klinis sakit perut yang ada, dapatkah dokter memperkirakan penyebabnya ?
Pada beberapa kasus, dokter dapat memperkirakan penyebab sakit perut pada anak. Misal pada pankreatitis, gejalanya akut (mendadak), nyeri di epigastrium kiri atas yang menjalar ke punggung disertai dengan mual, muntah dan nyeri tekan. Kalau diduga karena obstruksi usus (sumbatan usus), gejalanya akut atau perlahan, lokasi nyerinya di sekitar pusar dan perut bawah yang dapat menjalar sampai punggung, nyeri bersifat kolik yang hilang timbul, dapat disertai dengan perut yang tegang, tidak BAB, muntah dan bising usus yang meningkat. Pada intususepsi (invaginasi) : nyeri akut di sekitar periumbilikal (pusar), sifatnya kolik diselingi fase tidak sakit, disertai muntah dan ada darah dalam tinjanya. Sementara pada usus buntu atau apendisitis : gejalanya akut, ada demam, lokasi nyerinya semula disekitar pusar kemudian berpindah ke perut kanan bawah, dapat menjalar sampai ke punggung disertai nyeri tekan lokal.
Apa yang perlu diperhatikan seorang dokter dalam memeriksa seorang anak dengan sakit perut ?
Dari anamnesis (wawancara) seorang dokter mencari informasi perihal umur, gambaran sakit perutnya dan keluhan/gejala lain yang berhubungan. Dari umur seorang dokter dapat memperkirakan sakit perut yang merupakan kasus bedah, misal anak pada usia 6 bulan sampai 3 tahun yang tersering adalah invaginasi (intususepsi), tapi anak umur 5 sampai 14 tahun yang tersering adalah apendisitis.
Sementara dengan mengetahui lokasi sakit perutnya dokter dapat memperkirakan penyebabnya. Misal : nyeri pada ulu hati biasanya disebabkan gangguan saluran cerna atas, nyeri yang semula didaerah pusar dan kemudian pindah ke perut kanan bawah harus dicurigai apendisitis (radang usus buntu). Sementara sakit perut karena spasme otot polos (saluran kemih, usus dan saluran empedu) biasanya berupa kolik yang letak nyerinya sukar ditentukan. Bila ditemukan muntah berwarna kuning atau hijau kemungkinan besar karena obstruksi usus dan muntah yang lebih 12-24 jam perlu perhatian serius.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisis dari ujung kepala sampai ujung kaki, juga diamati adakah keterbatasan aktifitas dan posisi baringnya. Pada pemeriksaan perut atau abdomen dokter akan menilai ketegangan dinding perut, letak nyeri yang terlokalisir (bagian perut mana yang sakit bila ditekan), apakah bising usus meningkat, adakah tumor atau massa dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan colok dubur(rectal touche) untuk melihat apakah ada darah.
Dokter harus mengenali tanda kedaruratan perut (akut abdomen) berupa dinding perut yang kaku, adanya ketegangan otot perut (defens muskuler), nyeri tekan dan rebound tenderness (nyeri lepas)
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang apa yang dilakukan pada anak dengan sakit perut ?
Pemeriksaan lab dan penunjang hanya membantu, yang utama tetap anamnesis dan pemeriksaan fisis. Adapun pemeriksaan laboaratorium dan penunjang lain disesuaikan dengan dugaan penyebab sakit perutnya. Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, urine lengkap, tinja, amilase/lipase darah, uji fungsi hati dan biakan darah. Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto dada, foto polos abdomen atau dengan kontras barium, USG sampai CT scan perut.
Bagaimana penanganan sakit perut pada anak ?
Tergantung penyebabnya tapi yang harus cepat diketahui adalah apakah sakit perut ini merupakan kasus bedah atau non bedah. Kalau kasus bedah, tindakan cepat oleh dokter bedah atau bedah anak harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anak. Bila penyebabnya non bedah, diberikan terapi sesuai penyebabnya itu. Untuk penyebab non organik, anak dapat dikonsultasikan dengan psikolog atau psikiater anak.
Apa yang seharusnya orang tua perhatikan ketika anaknya mengeluh sakit perut ?
Sebelum anak dibawa ke dokter, orang tua hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain :
- Apakah anak belakangan ada perubahan dalam makannya, misalnya ganti susu, mulai dapat makanan padat atau terlalu cepat dapat makanan padat (seperti pisang) atau anak yang sedang mengkonsumsi obat semacam aspirin.
- Adakah perubahan pola BAB dan kencing anak ? Apakah anak mengalami sembelit, apakah disertai dengan mual/muntah, apakah anak masih bisa flatus (kentut) atau ketika kencing terasa nyeri (disuria) dan sedikit-sedikit yang dikenal dengan istilah ‘anyang-anyangan’.
- Adakah kelainan tinja pada anak (misal : bercampur darah, warna tinja yang pucat, ada cacing dalam tinjanya dsb), kelainan pada urine (misal : warna urine yang berubah coklat tua, urine yang bercampur darah dsb).
- Apakah anak mengalami muntah-muntah, menyemprot dengan keraskah, seberapa sering dan apa isi muntahannya.
- Apakah pada saat serangan sakit perut, anak menahan sakit dengan menekuk lutut atau membungkukkan badan ke satu sisi. Adakah bagian tubuh tertentu yang tidak mau disentuh.
- Adakah tumor atau massa yang terlihat atau teraba di daerah perut anak, apakah perut anak makin buncit dan tegang.
- Adakah anak bermasalah dengan orang tua, saudara kandung, teman, pengasuh atau gurunya. Sebagaimana diketahui masalah psikologis anak dengan lingkungannya dapat juga menimbulkan keluhan sakit perut, hanya saja setelah ditelusuri ternyata tidak diketahui penyebab organiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar