REVISI METODE PENGGUNAAN KONTRASEPSI SELAMA MASA POSTPARTUM
Naomi K. Tepper, MD; Kathryn M. Curtis, PhD; Denise J. Jamieson, MD; Polly A. Marchbanks, PhD,MEDSCAPE.
ABSTRAK
Penggunaan kontrasepsi selama masa postpartum penting dilakukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memperpanjang interval kelahiran, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan ibu dan anak. Pada tahun 2010, CDC telah mempublikasikan U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use (US MEC) yang merupakan pedoman penggunaan kontrasepsi, yang dilengkapi dengan evidence-based sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode kontrasepsi. Dalam pemilihan metode kontrasepsi ini, keamanan penggunaan menjadi hal utama yang harus diperhatikan khususnya untuk wanita yang dengan karakteristik atau kondisi kesehatan tertentu, termasuk wanita yang masih dalam masa postpartum. Baru-Baru ini, CDC telah melakukan penilaian terhadap evidence yang memberikan informasi mengenai keamanan penggunaan kontrasepsi hormonal pada masa postpartum. Laporan ini merupakan ringkasan dari penilaian tersebut dan hasil dari revisi pedoman penggunaan kontrasepsi. Revisi rekomendasi ini berisi bahwa wanita postpartum tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi selama masa 21 hari setelah melahirkan oleh karena resiko tinggi untuk mendapatkan tromboemboli vena (TEV) selama masa ini. Masa 21-42 hari postpartum, pada umumnya wanita tanpa faktor resiko TEV dapat memulai penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, tetapi wanita yang memiliki resiko TEV (riwayat TEV sebelumnya atau post melahirkan secara caesar), tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi ini. Nanti, setelah masa 42 hari postpartum, barulah tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi yang berdasarkan pada keadaan pasien tersebut setelah melahirkan.
Pentingnya penggunaan kontrasepsi selama Masa postpartum
Sebagian dari kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak direncanakan, dan kehamilan-kehamilan tersebut biasanya diikuti dengan perilaku kehamilan yang merugikan dan memberikan beberapa dampak negatif, seperti terlambat melakukan prenatal care, kebiasaan merokok, meningkatkan insidensi bayi berat rendah, dan tidak menyusui asi secara ekslusif. Selain itu, interval kehamilan yang terlalu dekat juga dapat menghasilkan dampak negatif seperti, kelahiran bayi berat rendah dan bayi prematur. Masa postpartum merupakan masa yang cukup penting untuk memulai penggunaan kontrasepsi karena sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan wanita dan juga dapat meningkatkan motivasi wanita untuk menghindari kehamilan berikutnya. Masa ovulasi dapat terjadi secepatnya pada umur 25 hari postpartum pada wanita yang tidak menyusui, yang menjadi alasan kuat buat wanita untuk menggunakan kontrasepsi secepat mungkin.
Meskipun demikian, keamanan pengggunaan kontrasepsi postpartum tetap juga harus dipertimbangkan. Perubahan hematologi secara normal akan terjadi selama kehamilan, termasuk peningkatan faktor koagulasi dan fibrinogen dan penurunan bahan antikoagulan alami, yang menyebabkan peningkatan resiko tromboemboli vena (TEV) selama masa postpartum. Selain itu, banyak wanita postpartum memiliki faktor resiko tambahan yang meningkatkan resiko tromboemboli, misalnya umur ≥ 35 tahun, merokok, atau melahirkan secara caesar. Hal-hal tersebut merupakan perhatian utama yang harus dipertimbangkan dalam penentuan penggunaan kontrasepsi oleh karena kontrasepsi hormonal kombinasi (estrogen dan progestin) itu sendiri memiliki efek samping yang bisa meningkatkan resiko tromboemboli pada wanita usia produktif.
Rasional dan Metode
Publikasi kriteria penggunaan kontrasepsi (US MEC) dilakukan pertama kali pada tahun 2010 oleh CDC Amerika Serikat. Laporan ini diadaptasi dari Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Useyang dipublikasikan oleh WHO, yang disebarluaskan secara global sebagai pedoman penggunaan kontrasepsi berdasarkan evidence sejak tahun 1996. Meskipun demikian, pedoman yang dibuat oleh CDC ini mengadaptasi sejumlah kecil rekomendasi WHO dan ditambahkan beberapa rekomendasi baruuntuk tenaga medis di Amerika Serikat. Namun, umumnya rekomendasi antara pedoman WHO dan US MEC adalah sama. Rekomendasi yang diperoleh menggunakan kategori 1-4. Rekomendasi iniberdasarkan pada pertimbangan keuntungan dan kerugian signifikan dari keamanan penggunaan kontrasepsi itu sendiri bagi wanita dengan keadaan atau karakteristik kesehatan tertentu. Kategori 1 mewakili kelompok pasien yang bisa menggunakan kontrasepsi tanpa adanya pembatasan sedangkan kategori 4 merupakan kelompok yang sama sekali tidak bisa menggunakan alat kontrasepsi apapun (Tabel 1). CDC merevisi pedoman penggunaan kontrasepsi ini untuk menjamin bahwa rekomendasi tersebut berdasarkan pada bukti scientific terbaik yang tersedia berupa indentifikasi bukti baru atau berdasarkan pada update evidence-based yang dibuat sesuai dengan pedoman WHO.
Tabel 1. Up-date rekomendasi penggunaan kontrasepsi hormonal, termasuk kombinasi kotrasepsi oral, tempel, dan cincin vagina, selama masa postpartum pada ibu yang tidak menyusui.
Kondisi | Kategori | Klasifikasi/Bukti |
Postpartum (tidak menyusui) | ||
a. < 21 hari | 4 | Bukti: Tidak terdapat bukti langsung yang berhubungan dengan resiko tromboemboli vena diantara ibu yang tidak menyusui yang menggunakan KHK. Resiko tromboemboli venaTEV meningkat selama kehamilan dan postpartum; resiko ini ditemukan pada minggu pertama setelah persalinan, menurun setelah hari ke-42 postpartum. Penggunaan KHK dapat meningkatkan resiko tromboemboli vena pada wanita sehat dalam umur reproduktif, yang menjadi resiko tambahan pada saat ini. Resiko kehamilan selama 21 hari postpartum cukup rendah, namun meningkat setelahnya; ovulasi sebelum menstruasi dapat terjadi. |
b. 21-42 hari | ||
Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TEV sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfusi saat persalinan,IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3 | Klasifikasi: Pada ibu dengan faktor resiko TEV lainnya, faktor resiko ini kemungkinan akan meningkat ke kategori “4”, contohnya: merokok, Riwayat thrombosis vena dalam/emboli paru yang diketahui sebagai mutasi thrombogenik, dan kardiomiopati peripartum. Bukti: Tidak terdapat bukti langsung pemeriksaan resiko TEV diantara wanita postpartum menggunakan KHK. Resiko TEV meningkat selama kehamilan dan postpartum; resiko ini ditemukan pada minggu pertama setelah persalinan, menurun mendekati basal pada 42 hari postpartum. Penggunaan KHK, meningkatkan resiko TEV untuk wanita usia produktif yang sehat, yang dapat menambah resiko penggunaan pada masa ini. |
Tanpa Resiko TEV lainnya | 2 | |
c. > 42 hari | 1 |
Keterangan :
TEV= trmboemboli vena; KHK= kontrasepsi hormonal kombinasi; IMT= indeks massa tubuh (berat [kg]/tinggi [m2]). *Kategori: 1= kondisi dimana tidak terdapat pembatasan penggunaan KHK, 2= kondisi dimana keuntungan penggunaan KHK umumnya lebih banyak disbanding resiko yang didapatkan, 3= kondisi dimana resiko yang ditemukan lebih banyak dibandingkan keuntungannnya, 4= kondisi dimana wanita tidak dibolehkan menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Di tahun 2010, berdasarkan bukti-bukti terbaru, WHO merevisi panduan penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) yang aman pada wanita postpartum yang tidak menyusui, dimana tidak boleh menggunakan kontrasepsi ini sampai masa 42 hari pertama postpartum, utamanya wanita-wanita yang dengan faktor resiko TEV. Sedangkan untuk wanita yang menyusui tidak mengalami perubahan. Oleh karena adanya revisi yang dilakukan oleh WHO ini, CDC memulai proses penilaian apakah pedoman ini juga harus mengalami pembaruan. Sebelum proses tersebut, US MEC merekomendasikan bahwa wanita yang melahirkan kurang dari 21 hari umumnya tidak harus menggunakan KHK, nanti setelah waktu tersebut, KHK dapat digunakan tanpa adanya pembatasan.
Berdasarkan dari review sistematik yang telah dilakukan oleh WHO dan CDC yang telah digunakansebagai konsultasi revisi panduan WHO, didapatkan bukti dari 13 penelitian menunjukkan resiko TEV pada wanita dalam 42 hari pertama masa postpartum adalah sebesar 22-84 kali lebih banyak dibanding wanita usia subur yang tidak hamil dan tidak dalam masa setelah melahirkan. Resiko ini paling tinggi ditemukan pada masa setelah baru saja melahirkan, menurun secara cepat setelah 21 hari pertama, namun tidak kembali ke kondisi normal sampai masa 42 hari postpartum. Penggunaan KHK dapat meningkatkan resiko TEV pada wanita usia subur yang secara teoritis dapat menjadi resiko tambahan untuk wanita yang menggunakannya pada masa postpartum. Namun, tidak terdapat bukti yang ditemukan mengenai hal tersebut. Bukti-bukti ini hanya terbatas pada penelitian yang berkaitan dengan interval waktu postpartum yang bisa menimbulkan TEV dan resiko TEV pada populasi tertentu yang dibandingkan dengan resiko TEV wanita postpartum. Bukti ini juga diperiksa pada wanita produktif yang baru melahirkan dan tidak menyusui, dimana menunjukkan bahwa masa ovulasi tercepat dapat terjadi pada hari ke-25 postpartum, namun ovulasi subur kemungkinan tidak akan terjadi sampai paling tidak 42 hari setelah melahirkan.
Sebagai bagian dalam penilaian ini, CDC mengambil 13 orang dari agensi luar untuk melayani timreviewer khusus yang merevisi rekomendasi WHO; mereka diseleksi berdasarkan keahlian mereka dalam penyakit tromboemboli, hematologi, dan “family planning”. Reviewer diminta untuk berpartisipasi dalam telekonferensi dengan CDC pada Januari 2011, selama telekonferensi berjalan, mereka mereview semuaevidence based dan menentukan apakah revisi pedoman penggunaan kontrasepsi yang dibuat WHOcocok digunakan di Negara Amerika Serikat. Kunci persoalan yang perlu diingat bahwa penggunaan KHK yang terlalu cepat pada masa postpartum memiliki resiko yang cukup tinggi untuk TEV tanpa adanya keuntungan dalam pencegahan kehamilan karena sebagian besar wanita yang tidak menyusui tidak akan mengalami ovulasi paling tidak setelah 42 hari setelah melahirkan. Kemudian, harus diingat kembali bahwa wanita dengan resiko TEV yang tinggi (contohnya: wanita dengan obesitas atau yang baru saja melahirkan secara Caesar) penggunaan KHK secara teoritis dapat meningkatkan resiko TEV. Itulah sebabnya, penggunaan metode kontrasepsi harus memperhatikan kategori wanita tersebut (berdasarkan grupnya). Meskipun demikian, tidak seperti metode lainnya yang harus mengunjungi dokter (implants atau IUD), KHK dapat dimulai oleh wanita itu sendiri sesuai dengan waktu yang direncanakan berdasarkan pada resep obat yang telah diberikan sebelumnya (saat proses persalinan terjadi di rumah sakit).
Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Kombinasi Selama Masa Postpartum
CDC telah merekomendasikan revisi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) yang aman pada wanita postpartum yang tidak menyusui (tabel 1). Pada wanita yang melahirkan <21 hari, tidak dibolehkan menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi apapun oleh karena resiko kesehatan pada masa ini (Kategori 4). Pada wanita yang telah melahirkan antara 21-42 hari dan memiliki resiko tambahan TEV, resiko penggunaan KHK lebih banyak dari keuntungannya dan oleh karena itu, KHK tidak boleh digunakan (Kategori 3); namun, jika tidak ada resiko TEV tambahan, keuntungan penggunaan KHK lebih banyak dibandingkan resikonya, KHK dapat digunakan (Kategori 2). Pada wanita yang melahirkan > 42 hari, tidak ada pembatasan penggunaan KHK oleh karena resiko TEV yang semakin berkurang (Kategori 1). Meskipun demikian, keadaan medis lainnya dapat diambil sebagai pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan.
Rekomendasi pengunaan kontrasepsi untuk wanita menyusui tidak mengalami perubahan. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan bukti yang mengacu pada efek negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui, misalnya menyingkatnya waktu untuk menyusui dan meningkatkan jumlah suplemen makanan tambahan. Pada wanita yang menyusui dan melahirkan kurang dari 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 3 karena perhatian terhadap efek estrogen pada masa menyusui. Setelah 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 2 untuk ibu menyusui. Meskipun demikian, beberapa revisi rekomendasi berdasarkan pada resiko TEV telah menggantikan ketentuan penggunaan kontrasepsi untuk kriteria ibu yang menyusui. Contohnya: kontrasepsi hormonal kombinasi diklasifikasikan dalam kategori 4 untuk semua ibu postpartum, termasuk ibu menyusui yang melahirkan < 21 hari.
Tabel 2. Revisi rekomendasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, termasuk kontrasepsi oral, tempel, cincin vagina, selama masa post-partum pada ibu yang menyusui.
Kondisi | Kategori | Klasifikasi/Bukti |
Postpartum (Ibu Menyusui†) | Klasifikasi: Berdasarkan departemen pelayanan kesehatan dan manusia Amerika Serikat menetapkan bahwa bayi harus mendapatkan asi eksklusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan, sebaiknya dalam masa 6 bulan. Idealnya, asi harus dilanjutkan sampai bayi berumur 1 tahun. Bukti: Penelitian eksperimental memperlihatkan bahwaditemukan efek penggunaan kontrasepsi hormonal oral terhadap volume asi. Namun tidak berefek negatif pada berat badan bayi. Selain itu, penelitian juga tidak menemukan adanya efek merugikan dari estrogen eksogen terhadap bayi yang terekspose dengan KHK selama masa menyusui. Secara umum, penelitian-penelitian ini masih memiliki kualitas yang rendah, kurangnya standar definisi dari menyusui itu sendiri atau pengukuran hasil yang tidak akurat, serta tidak memasukkan bayi prematur atau bayi yang sakit sebagai sampel percobaan. Secara teoretis, perhatian terhadap efek penggunaan kontrasepsi terhadap produksi asi lebih baik dilakukan pada masa awal postpartum disaat aliran asi sedang dalam masa permulaan. | |
a. < 21 hari | 4 | Bukti: Tidak terdapat bukti langsung mengenai resiko TEV pada ibu postpartum yang menggunakan KHK. Resiko TEV mengalami peningkatan selama kehamilan dan postpartum; resiko ini utamanya ditemukan pada minggu pertama setelah persalinan, menurun ke arah normal setelah 42 hari postpartum. Penggunaan KHK yang dapat meningkatkan resiko TEV pada wanita usia produktif yang sehat, kemungkinan dapat menjadi resiko tambahan jika digunakan pada masa ini. Resiko kehamilan dalam masa 21 hari setelah persalinan sangat rendah, namun akan meningkat setelah itu, kemudian kemungkinan ovulasi sebelum menstruasi pertama setelah persalinan dapat terjadi. |
b. 21 sampai <30 hari | ||
i. Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TVE sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfuse saat persalinan, IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3 | Klasifikasi: Untuk wanita dengan faktor resiko TEV, akan meningkat menuju klasifikasi “4”; contohnya, merokok, Trombosis Vena Dalam, yang diketahui sebagai mutasi thrombogenik dan kardiomiopati peripartum. Bukti: Tidak terdapat bukti langsung mengenai resiko TEV pada wanita postpartum yang menggunakan KHK. Resiko TEV meningkat selama kehamilan dan masa postpartum; resiko ini utamanya ditemukan pada minggu pertama setelah persalinan, menurun ke arah normal setelah 42 hari persalinan. Penggunaan KHK, yang meningkatkan resiko TEV pada wanita usia reproduksi yang sehat dapat menimbulkan resiko tambahan jika digunakan pada masa ini. |
ii. Tanpa Resiko TEV lainnya | 3 | |
c. 30–42 days | ||
i. Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TVE sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfuse saat persalinan, IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3 | Klasifikasi: Untuk wanita dengan faktor resiko TEV, akan meningkat menuju klasifikasi “4”; contohnya, merokok, Trombosis Vena Dalam, yang diketahui sebagai mutasi thrombogenik dan kardiomiopati peripartum. Bukti: Tidak terdapat bukti langsung mengenai resiko TEV pada wanita postpartum yang menggunakan KHK. Resiko TEV meningkat selama kehamilan dan masa postpartum; resiko ini utamanya ditemukan pada minggu pertama setelah persalinan, menurun ke arah normal setelah 42 hari persalinan. Penggunaan KHK, yang meningkatkan resiko TEV pada wanita usia reproduksi yang sehat dapat menimbulkan resiko tambahan jika digunakan pada masa ini. |
ii. Tanpa Resiko TEV lainnya | 2 | |
c. > 42 days | 2 |
Keterangan:
TEV= Tromboemboli vena; KHK= Kontrasepsi Hormonal Kombinasi; IMT= Indeks Massa Tubuh (Berat [Kg]/ Tinggi [m2]; KOK= Kontrasepsi Oral kombinasi
*Kategori: 1= kondisi dimana tidak terdapat pembatasan terhadap penggunaan kotrasepsi, 2= kondisi dimana keuntungan penggunaan kontrasepsi umumnya lebih besar dari resiko teoritis dan yang ditemukan, 3= kondisi dimana resiko penggunaan kontrasepsi yang ditemukan lebih besar dibandingkan keuntungannya, 4= kondisi dimana ibu tidak dapat menggunakan kontrasepsi jenis apapun.
†Rekomendasi untuk ibu menyusui dibagi sesuai bulan berdasarkan US MEC, 2010. Rekomendasi ini dibagi berdasarkan hari untuk tujuan penggabungan dengan rekomendasi postpartum.
Dalam penilaian kesehatan resiko seorang wanita harus mempertimbangkan karakteristik serta kondisi medis yang dimiliki wanita tersebut. Untuk wanita postpartum, pemeriksaan ini meliputi penelusuran resiko TEV, misalnya mutasi trombogenik (kategori 4) atau riwayat TEV dengan faktor resiko rekurensi (kategori 4), yang keduanya merupakan resiko yang membatasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, baik pada wanita postpartum ataupun tidak.
Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Lainnya Selama Masa Postpartum
Rekomendasi penggunaan kontrasepsi lainnya, termasuk kontrasepsi hormonal progestin tunggal,tidak ada perubahan dan terdapat banyak pilihan kontrasepsi lainnya yang baik untuk wanita postpartum (tabel 3). Metode kontrasepsi tunggal (progestin), yang dalam bentuk pil, injeksi depot medroxyprogesterone asetat, dan implant, cukup aman untuk wanita postpartum, termasuk wanita yang menyusui, dan dapat dimulai sesegera mungkin setelah melahirkan (kategori 1 dan 2). AKDR, yang dalam bentuk levonorgestrel dan copper-bearing, juga dapat diinsersi selama masa postpartum, sesegera mungkin setelah persalinan (kategori 1 dan 2) dan tidak memiliki komplikasi. Namun, laju ekspulsi AKDRlebih tinggi ketika insersi dilakukan dalam 28 hari setelah persalinan, dimana lajunya akan menetap sampaimasa 6 bulan postpartum sehingga hal ini mengharuskan adanya penundaan penggunaan jenis kontrasepsi ini. Kondom dapat digunakan kapan saja (kategori 1), dan cincin vagina dapat dimulai pada saat 6 minggu setelah persalinan (kategori 1 setelah 6 minggu). Selain itu, wanita yang telah memiliki jumlah anak yang cukup dapat dipertimbangkan tindakan sterilisasi. Kontrasepsi setelah persalinan cukup penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, dan edukasi yang diberikan berfokus pada pilihan kontrasespsinya sertatingkat keamanan dalam pemakaian metode ini selama masa postpartum.
Tabel 3. Kesimpulan Pedoman Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Alat Kontrasepsi Intrauterin Selama Masa Postpartum
KONDISI | KOK/P/R | PHP | DMPA | Implants | LNG-AKDR | Cu-AKDR | |||
Postpartum ( wanita tidak menyusui) | |||||||||
a. <21 Hari | 4 | 1 | 1 | 1 | |||||
b. 21 sampai 42 hari | |||||||||
i. Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TVE sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfuse saat persalinan, IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3† | 1 | 1 | 1 | |||||
ii. Tanpa Faktor Resiko TEV | 2 | 1 | 1 | 1 | |||||
c. >42 Hari | 1 | 1 | 1 | 1 | |||||
Postpartum (Menyusui§) | |||||||||
a. <21 Hari | 4 | 2 | 2 | 2 | |||||
b. 21 sampai <30 hari | |||||||||
i. Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TVE sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfuse saat persalinan, IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3† | 2 | 2 | 2 | |||||
ii. Tanpa Resiko TEV | 3 | 2 | 2 | 2 | |||||
c. 30–42 Hari | |||||||||
i. Dengan faktor resiko TEV lainnya (seperti umur ≥ 35 tahun, riwayat TEV sebelumnya, thrombofilia, immobilitas, transfuse saat persalinan, IMT ≥ 30. Perdarahan postpartum, postcaesar, pre-eklampsi, atau merokok) | 3† | 1 | 1 | 1 | |||||
ii. Tanpa resiko TVE | 2 | 1 | 1 | 1 | |||||
d. >42 hari | 2 | 1 | 1 | 1 | |||||
Postpartum (menyusui ataupun tidak menyusui termasuk post persalinan secara caesar) | |||||||||
| 2 | 1 | |||||||
| 2 | 2 | |||||||
| 1 | 1 | |||||||
| 4 | 4 |
KETERANGAN:
KOK= Kontrasepsi Oral Kombinasi; P= Kombinasi Hormonal Tempel; R= Kombinasi Cincin Vagina; PHP= Pil Hormon Progestin; DMPA= Depot medroxyprogesteron Asetat; AKDR= Alat Kontrasepsi Dalam Rahim; LNG-AKDR= Levonogestrel- AKDR; Cu-AKDR= Copper-AKDR; TEV= Tromboemboli Vena; KHK= Kontrasepsi Hormonal Kombinasi; IMT= Indeks Massa Tubuh (Berat [kg]/ tinggi [m2]).
· Kategori: 1= kondisi dimana tidak terdapat pembatasan terhadap penggunaan kotrasepsi, 2= kondisi dimana keuntungan penggunaan kontrasepsi umumnya lebih besar dari resiko teoritis dan yang ditemukan, 3= kondisi dimana resiko penggunaan kontrasepsi yang ditemukan lebih besar dibandingkan keuntungannya, 4= kondisi dimana ibu tidak dapat menggunakan kontrasepsi jenis apapun.
† Klarifikasi: Untuk wanita dengan faktor resiko TEV, kateori akan meningkat menuju klasifikasi “4”; contohnya, merokok, Trombosis Vena Dalam, yang diketahui sebagai mutasi thrombogenik dan kardiomiopati peripartum.
§Rekomendasi untuk ibu menyusui dibagi sesuai bulan berdasarkan US MEC, 2010. Rekomendasi ini dibagi berdasarkan hari untuk tujuan penggabungan dengan rekomendasi postpartum.
REFERENSI
1. CDC. Contraceptive use among postpartum women—12 states and New York City, 2004–2006. MMWR 2009;58:821–6.
2. CDC. U.S. medical eligibility criteria for contraceptive use, 2010: adapted from the World Health Organization medical eligibility criteria for contraceptive use, 4th edition. MMWR 2010;59(No. RR-4).
3. Gipson JD, Koenig MA, Hindin MJ. The effects of unintended pregnancy on infant, child, and parental health: a review of the literature. Stud Family Plann 2008;39:18–38.
4. Zhu BP. Effect of interpregnancy interval on birth outcomes: findings from three recent US studies. Int J Gynecol Obstet 2005;89(Suppl 1):S25–33.
5. Jackson E, Glasier A. Return of ovulation and menses in postpartum, non-lactating women: a systematic review. Obstet Gynecol 2011;117:657–62.
6. World Health Organization. Combined hormonal contraceptive use during the postpartum period. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2010. Available athttp://www.who.int/reproductivehealth/publications/family_planning/rhr_10_15/en/index.html Accessed June 30, 2011.
7. Jackson E, Curtis K, Gaffield M. Risk of venous thromboembolism during the postpartum period: a systematic review. Obstet Gynecol 2011;117:691–703.
8. Kapp N, Curtis KM. Combined oral contraceptive use among breastfeeding women: a systematic review. Contraception 2010;82:10–6.
9. Kapp N, Curtis KM. Intrauterine device insertion during the postpartum period: a systematic review. Contraception 2009;80:327–36.
10. Chen BA, Reeves MF, Hayes JL, Hohmann HL, Perriera LK, Creinin MD. Postplacental or delayed insertion of the levonorgestrel intrauterine device after vaginal delivery: a randomized controlled trial. Obstet Gynecol 2010;116:1079–87.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar