Minggu, 15 Januari 2012

TAKARAN OBAT yang SESUAI

Sudahkah kita memberikan obat dgn takaran yang sesuai...
Dr. Mohammad Muchlis, SpA - in "Room for Children" Group
Pengalaman sehari hari berpraktek, saya sering menemukan kekeliruan dalam memberikan takaran obat sirup yang dilakukan oleh orang tua, tapi tidak sepenuhnya kesalahan ada para orang tua. Karena penjelasan yang kurang baik dari dokternya maupun dari apoteker/asisten apotekernya atau sebuah kesalahkaprahan yang selama ini dibiarkan sehingga kekeliruan ini bisa terjadi. .Ketika di label obat sirup tertulis mis 3 x 1 sendok teh (di resep tertulis : Cth, dari cochlear theae), maka cukup banyak orang tua ada yg menggunakan sendok teh/gula rumah tangga. Padahal pengertiannya sendok teh disini adalah sendok teh farmasi dgn volume 5 cc yg merupakan standard sendok takaran obat, sdg sendok teh rumah tangga bervolume sekitar 2-3 cc. Demikian pula bila di label obat sirup tertera sekian kali 1 sendok makan (tertulis di resep : C dari Cochlear), lagi2 ada orang tua yang ternyata memakai sendok makan rumahan yg volumenya 5-7 cc, padahal lagi2 ini adalah sendok farmasi yg bervolume 15 cc ( 3 x sendok makan rumahan). Ada lagi istilah dalam farmasi ; sendok bubur (ditulis di resep : Cp, dari Cochlear pultis atau cochlear parvum ) merujuk pada sendok takaran obat yang bervolume sekitar 8 cc.
Karenanya saya pribadi sering wanti2 ke petugas apotik jangan menuliskan demikian, tulis saja sekian kali 1, 2 atau 3 sendok takar obat untuk memudahkan orang tua di rumah. Lebih gampangnya lagi di resep yg saya tulis, setelahnya menulis jenis obat dan jumlahnya, maka dlm signatura (aturan pakai) saya tulis mis ; 3 x 1 sendok takaran obat (tidak baku memang tp memperkecil kesalahan orang tua dalam memberikan obat khususnya yg sirup). Beberapa teman menuliskan dengan mis. 3 x 5 cc (lebih tegas pada ukuran volume obat yangg diminum). Pertimbangan menyebutkan volume, mengingat di label  stiker obat semuanya merujuk pada satuan volume, mis. Setiap 5 cc mengandung obat X.
Salah menggunakan takaran sendok obat dapat mempengaruhi dosis obat yg diterima sang anak, dosis menjadi lebih sedikit dan efek terapetik jadi tidak tercapai. Satu hal lagi yang harus diketahui juga oleh orang tua adalah kandungan obat tiap 5 cc sediaan sirup pada obat yg  jenisnya sama bisa berbeda tergantung pabrik pembuatnya.  Misalnya sirup parasetamol  :  ada yg 120 mg, ada 160 mg, bahkan ada yg 240 mg (forte) per 5 cc sirup obat tsb. Untuk antibiotika, misalnya sirup Amoksisilin, ada yang 125 mg ada yang 250 mg (forte) per 5 cc.

Kedepan, orang tua diharapkan tidak lagi keliru memberikan takaran obat pada anaknya dan petugas apotik  selalu memberikan penjelasan yg memadai kepada para orang tua menyangkut pemberian obat pada anak yg sangat individual sifatnya…..

Kamis, 12 Januari 2012

SAKIT PERUT PADA ANAK...............*oleh: Dr. Mohammad Muchlis SpA*

Dodo, usia 1 tahun 6 bulan, sehari-harinya dikenal sebagai anak laki-laki yang sehat, badannya montok dan menggemaskan siapapun yang melihatnya. Pagi itu entah kenapa Dodo menjadi begitu rewel, sebentar menangis dan sebentar tidak. Ketika menangis dia seperti menjerit kesakitan.  Ketika tidak sedang kesakitan, Dodo masih mau minum seperti biasa. Keluhan bertambah berat ketika Dodo berulang kali muntah. Selain itu saat  ibunya mengganti celana Dodo, dilihat oleh ibunya ada lendir kemerahan menempel di celana Dodo. Terang saja ibunya Dodo bertambah cemas karena anaknya kok ‘berak darah’. Segera ibunya Dodo membawanya ke RS terdekat. Dokter IGD yang menangani pertama kali, memberi tahu bahwa Dodo harus segera dikonsulkan ke dokter bedah. Dokter bedah yang datang kemudian memeriksa Dodo dan melakukan  pemeriksaan colok dubur. Pada sarung tangan dokter ternyata tertempel darah. Ketika di IGD Dodo kembali kumat, menangis menjerit kesakitan dan diakhiri dengan muntah. Ketika dilihat celananya, kembali ada lendir bercampur darah segar yang menempel. Dokter bedah menjelaskan Dodo mengalami invaginasi usus, dimana usus saling menjepit yang menimbulkan  rasa yang amat nyeri dan juga perdarahan. Berhubung ini kasus emergency, Dodo harus segera dilakukan operasi dan tidak ada pilihan lain.
Ibunya Dodo sebenarnya tak tega, anaknya yang masih kecil harus dioperasi, tapi tak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa Dodo selain operasi cito itu...

Kasus diatas adalah salah satu gambaran ‘sakit perut’ serius pada anak yang membutuhkan tindakan pembedahan segera. Sementara itu sakit perut pada anak sendiri  banyak sekali penyebabnya. Tidak selalu mudah mencari penyebab sakit perut pada anak, karena anak tidak selalu bisa mendiskripsikan sakitnya dan  menunjuk lokasi nyerinya dengan tepat, terutama pada anak dibawah 2 tahun. Alhasil sakit perut pada anak cukup merepotkan dokter anak atau  dokter bedah apabila gejalanya tidak khas. Sakit perut bisa saja nampaknya ‘ringan-ringan saja’ tapi seorang dokter harus menguak penyebabnya sebab dikhawatirkan ada masalah serius baik di dalam rongga perut atau di luar rongga perut.

Bagaimana mengenali sakit perut pada anak ?
Tergantung pada usia anak sebab seorang bayi tentu belum bisa mengeluh kepada orang tuanya berbeda dengan anak besar yang sudah bisa berbicara. Kita harus curiga bayi sampai usia 3 bulan menderita sakit perut kalau dia muntah-muntah terus. Pada usia 3 bulan sampai 2 tahun, selain muntah anak akan menjerit mendadak, bahkan dengan tangisan yang tanpa diketahui penyebabnya. Pada anak yang usia 2 tahun sampai 5 tahun, dia akan mengekspresikan keluhannya kepada orang tua walaupun belum dapat menunjukkan secara jelas lokasi sakitnya. Pada anak usia 5 sampai 7 tahun, anak dapat lebih menjelaskan sakit perutnya.
   Selain gejala sakit perutnya, seorang dokter tentu harus mencari gejala lainnya seperti bagaimana buang air besarnya, buang air kecilnya, disertai demam atau tidak, ada muntah atau tidak dsb. Pada anak yang sudah besar dan bersekolah digali kemungkinan adanya masalah psikologis di sekolah atau lingkungan bermain si anak.

 Apa penyebab sakit perut pada anak ?
Penyebab sakit perut dibagi atas 3 hal : adanya kelainan organik di daerah perut, kelainan di luar rongga perut dan kelainan non organik (psikis).
   Kelainan organik di rongga perut antara lain adanya gangguan/masalah pada usus (misal : infeksi usus, apendisitis, malrotasi, invaginasi, bolus cacing), pankreas, ginjal/saluran kemih, alat kelamin dalam (genitalia interna), hati dan saluran empedu. Kelainan di luar rongga perut antara lain : hernia inguinalis (hernia pada selangkangan paha), radang paru-paru (pneumonia), radang pleura (pleritis) dan kelainan jantung. Karenanya sakit perut pada anak tidak melulu terpaku pada kelainan di dalam perut bisa juga di luar perut, termasuk lekemia dan gangguan saraf -otot (spasmofili).
   Kelainan non organik umumnya diketahui setelah seluruh pemeriksaan telah dilakukan secara teliti  dan tak ditemukan penyebab  organik. Untuk kasus seperti ni dokter sering merujuk anak ke psikiater atau psikolog untuk ikut menangani.
   Sakit perut pada anak ada yang membutuhkan tindakan bedah dan ada yang cukup dengan pengobatan non bedah (obat-obatan).

Apa penyebab organik sakit perut pada anak yang memerlukan tindakan pembedahan ?
Penyebab sakit perut tersering  yang memerlukan tindakan bedah pada anak usia dibawah 2 tahun adalah : invaginasi (usus yang saling menjepit), malrotasi (usus yang terpuntir), volvulus (perlekatan usus) dan hernia inguinalis strangulasi/inkarserata (hernia yang sudah menjepit usus)
Pada anak usia diatas 2 tahun : volvulus, perforasi usus dan malrotasi, apendisitis, peritonitis, trauma pada perut (ruptur limfa, buli-buli dll), perdarahan dalam perut (kasus DBD), bolus cacing dan perforasi usus karena infeksi cacing atau amuba.

Lalu apa penyebab organik sakit perut non bedah ?
Pada anak usia dibawah 2 tahun : infeksi usus (diare karena infeksi salmonella, shigella dll),  infeksi paru (pnemonia) dan infeksi saluran kemih.
Usia diatas 2 tahun : Infeksi usus (diare), gastritis, keracunan makanan, penyakit Crohn, kolitis dan gangguan pasase usus (obstipasi), hepatitis, kolelitiasis, pankreatitis akut, infeksi saluran kemih, batu dalam saluran kemih, nefritis, radang rongga panggul (salpingitis) dan gangguan metabolik.

Masalah psikis seperti apa  yang dapat menyebabkan ‘ sakit perut’ pada anak ?
Banyak hal dalam problem psikologis anak yang membuat anak mendadak ‘sakit perut’.antara lain : perubahan pola hidup anak  yang dipaksakan atau tidak disukai si anak (contoh pindah rumah atau pindah sekolah). Hal lain misalnya : anak yang trauma dengan perlakuan gurunya yang’galak’ di sekolah atau takut ancaman kakak kelasnya (bullying) atau kekhawatiran dengan tes atau ujian di sekolah yang dirasa sulit. Pada keadaan yang terakhir maka si anak akan mendadak sakit perut menjelang berangkat ke sekolah, dan sakitnya hilang setelah anak pulang dari sekolah yang ‘menyiksanya’.
   Bapak yang ‘kejam’ di mata anaknya, dapat juga membuat anak sakit perut mendadak ketika mendengar  suara mobil ayahnya  tiba di rumah. Ibu yang suka memukul atau menjewer ketika sedang mengajari anak di rumah, membuat anak ‘mulas’ atau sakit perut ketika mulai waktunya belajar.
Dikatakan juga perpisahan dengan teman, pengasuh atau ibu-bapaknya yang bercerai dapat juga mencetuskan ‘sakit perut’ pada  anak.

Apa yang harus diingat oleh seorang dokter dalam menelusuri penyebab sakit perut pada anak ?
Bahwa sakit perut pada anak tidak selalu dengan gambaran klinis yang khas atau diskripsi sakit yang jelas. Satu hal lagi : sakit perut pada anak  dapat disebabkan  oleh penyakit atau keadaan di luar rongga perut !
   Karenanya masalah sakit perut pada anak adakalanya merepotkan dokter dan orang tua sebab  diagnosis dapat saja ditegakkan setelah melakukan serangkaian pemeriksaan  yang cukup banyak. Ketika semua sudah diperiksakan dan ternyata diketahui tak ada kelainan organik, maka barulah kita mengatakan penyebabnya masalah non organik atau psikis saja !

Invaginasi (intususepsi) adalah penyebab sakit perut yang paling sering pada anak dibawah 2 tahun, dapatkah dijelaskan lebih lanjut ?
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana bagian usus saling menjepit sehingga ada bagian usus yang nekrosis sampai timbul perdarahan. Gejala yang khas pada invaginasi adalah bayi atau anak pada saat tertentu menangis menjerit kesakitan (kolik yang hilang timbul) disertai muntah-muntah dan buang air besar berdarah (hematoskizia). Khusus untuk berak berdarah, kadang yang keluar hanya lendir dan darah segar yang menempel di celana. Selanjutnya pasien dapat kembali tenang, tapi gejala tadi dapat berulang kembali. Gejala seperti ini khas dan orang tua umumnya dapat bercerita dengan jelas perjalanan penyakit anaknya.

Dari berbagai gejala klinis sakit perut yang ada, dapatkah dokter memperkirakan penyebabnya ?
Pada beberapa kasus, dokter dapat memperkirakan penyebab sakit perut pada anak. Misal pada pankreatitis, gejalanya akut (mendadak), nyeri di epigastrium kiri atas yang menjalar ke punggung disertai dengan mual, muntah dan nyeri tekan. Kalau diduga karena obstruksi usus (sumbatan usus), gejalanya akut atau perlahan, lokasi nyerinya di sekitar pusar dan perut bawah yang dapat menjalar sampai punggung, nyeri bersifat kolik yang hilang timbul,  dapat disertai dengan perut yang tegang, tidak BAB, muntah dan bising usus yang meningkat. Pada intususepsi (invaginasi) : nyeri akut di sekitar periumbilikal (pusar), sifatnya kolik diselingi fase tidak sakit, disertai muntah dan ada darah dalam tinjanya. Sementara pada usus buntu atau apendisitis : gejalanya akut, ada demam, lokasi nyerinya semula disekitar pusar kemudian berpindah ke perut kanan bawah,  dapat menjalar sampai ke punggung disertai nyeri tekan lokal.

Apa yang perlu diperhatikan seorang dokter dalam memeriksa seorang anak dengan sakit perut ?
Dari anamnesis (wawancara) seorang dokter mencari informasi perihal umur, gambaran sakit perutnya dan keluhan/gejala lain yang berhubungan. Dari umur seorang dokter dapat memperkirakan sakit perut yang merupakan kasus bedah, misal anak pada usia 6 bulan sampai 3 tahun yang tersering adalah invaginasi (intususepsi), tapi anak umur 5 sampai 14 tahun yang tersering adalah apendisitis.
   Sementara dengan mengetahui lokasi sakit perutnya dokter dapat memperkirakan penyebabnya. Misal : nyeri pada ulu hati biasanya disebabkan gangguan saluran cerna atas, nyeri yang semula didaerah pusar dan kemudian pindah ke perut kanan bawah harus dicurigai apendisitis (radang usus buntu). Sementara sakit perut karena spasme otot polos (saluran kemih, usus dan saluran empedu) biasanya berupa kolik yang letak nyerinya sukar ditentukan. Bila ditemukan muntah berwarna kuning atau hijau kemungkinan besar karena obstruksi usus dan muntah yang lebih 12-24 jam perlu perhatian serius.
   Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisis dari ujung kepala sampai ujung kaki, juga diamati adakah keterbatasan  aktifitas dan posisi baringnya. Pada pemeriksaan perut atau abdomen dokter akan menilai ketegangan dinding perut, letak nyeri yang terlokalisir (bagian perut mana yang sakit bila ditekan), apakah bising usus meningkat, adakah tumor atau massa dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan colok dubur(rectal touche) untuk melihat apakah ada darah.
   Dokter harus mengenali tanda kedaruratan perut (akut abdomen) berupa dinding perut yang kaku, adanya ketegangan otot perut (defens muskuler), nyeri tekan dan rebound tenderness (nyeri lepas)

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang apa yang dilakukan pada anak dengan sakit perut ?
Pemeriksaan lab dan penunjang hanya membantu, yang utama tetap anamnesis dan pemeriksaan fisis. Adapun pemeriksaan laboaratorium dan penunjang lain disesuaikan dengan dugaan penyebab sakit perutnya. Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, urine lengkap, tinja, amilase/lipase darah, uji fungsi hati dan biakan darah. Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto dada, foto polos abdomen atau dengan kontras barium, USG sampai CT scan perut.

Bagaimana penanganan sakit perut pada anak ?
Tergantung penyebabnya tapi yang harus cepat diketahui adalah apakah sakit perut ini merupakan kasus bedah atau non bedah. Kalau kasus bedah, tindakan cepat oleh dokter bedah atau bedah anak harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anak. Bila penyebabnya non bedah, diberikan terapi sesuai penyebabnya itu. Untuk penyebab non organik, anak dapat dikonsultasikan dengan psikolog atau psikiater anak.

Apa yang seharusnya orang tua perhatikan ketika anaknya mengeluh sakit perut ?
Sebelum anak dibawa ke dokter, orang tua hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain :
  • Apakah anak belakangan ada perubahan dalam makannya, misalnya ganti susu, mulai dapat makanan padat atau terlalu cepat dapat makanan padat (seperti pisang) atau anak yang sedang mengkonsumsi obat semacam aspirin.
  • Adakah perubahan pola BAB dan kencing anak ? Apakah anak mengalami sembelit, apakah disertai dengan mual/muntah, apakah anak masih bisa flatus (kentut) atau ketika kencing terasa nyeri (disuria) dan sedikit-sedikit yang dikenal dengan istilah ‘anyang-anyangan’.
  • Adakah kelainan tinja pada anak (misal : bercampur darah, warna tinja yang pucat, ada cacing dalam tinjanya dsb), kelainan pada urine (misal : warna urine yang berubah coklat tua, urine yang bercampur darah dsb).
  • Apakah anak mengalami muntah-muntah, menyemprot dengan keraskah, seberapa sering dan apa isi muntahannya.
  • Apakah pada saat serangan sakit perut, anak menahan sakit dengan menekuk lutut atau membungkukkan badan ke satu sisi. Adakah bagian tubuh  tertentu yang tidak mau disentuh.
  • Adakah tumor atau massa yang terlihat atau teraba di daerah perut anak, apakah perut anak makin buncit dan tegang.
  • Adakah anak bermasalah dengan orang tua, saudara kandung, teman, pengasuh atau gurunya. Sebagaimana diketahui masalah psikologis anak dengan lingkungannya dapat juga menimbulkan keluhan sakit perut, hanya saja setelah ditelusuri ternyata tidak diketahui penyebab organiknya.

Minggu, 08 Januari 2012

Contoh Bentuk Visum RS

____________________________________________________________________________________


Lampiran I

         Pro Justitia

VISUM ET REPERTUM SEMENTARA
                                                     Nomor :...............................................

               Pada Tanggal :.................Jam..............., sy yg bertanda tangan dibawah ini, dokter........................,sebagai dokter jaga pada Rumah Sakit...............,menerangkan bahwa, atas permintaan...................., dari.......................dengan suratnya tertanggal........................telah memeriksa seorang penderita, yang menurut surat tersebut diatas bernama:.........................., Jenis kelamin..........umur.......,Bangsa.................pekerjaan......................alamat.........................dengan kejadian.......................................................................................................................................

                                                                   Hasil Pemeriksaan


Untuk keperluan pengobatan, penderita tersebut dirawat di poliklinik/dimasukkan ke Rumah sakit...................pada tanggal...............................dengan daftar nomor..........................
                  visum  et repertum lanjuitan, mengenai kerusakan tersebut diatas, hanya dapat dibuat oleh dokter yang merawat penderita segera setelah perawatannya selesai.
                  Demikaianlah Visum Et Repertum sementara ini dibuat atas sumpah/janji sebagai dokter.
Makassar,.....................................................


(..................................................................)



Pro Justitia

Visum Et Repertum
nomor....................

saya yang bertanda tangan dibawah ini dokter........................................sebagai dokter pemeerintah Rumah Sakit.....................................sejak tanggal................................telah merawat seorang penderita, yang menurut surat dari:................................,tertanggal................................,Nomor...........................................,bernama.......................jenis kelamain...............................,umur.................................,bangsa...............................,pekerjaan.........................,alamat.............................................., Di PoliKlinik RS.........................................................dan pada tanggal............................, penderita tersebut diatas telah dikeluarkan dari perawatan di PoliKlinik/RS....................................., adapun Visum Et Repertum Sementara penderita tersebut telah dibuat oleh dokter..................................., pada tanggal.............................., nomor..............................
Hasil Pemeriksaan



Kesimpulan:



Penutup:



Makassar.......................................


(...................................................)



           



VISUM ET REPERTUM (VER)


PENDAHULUAN
Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses persidangan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan penuntut umum.
Oleh karena pembuktian merupakan bagian dari proses peradilan pidana, maka tata cara pembuktian tersebut terikat pada Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1981.
Dalam pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 dinyatakan: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya”.
Dari bunyi pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 kiranya dapat dipahami bahwa pemidanaan baru boleh dijatuhkan oleh hakim apabila:
1. Terdapat sedikitnya dua alat bukti yang sah
2. Dua alat bukti tersebut menimbulkan keyakinan hakim tentang telah terjadinya perbuatan pidana
3. Dan perbuatan pidana tersebut dilakukan oleh terdakwa
Alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat 1, Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 adalah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Keterangan terdakwa
PENGERTIAN
Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum memuat hal-hal sebagai berikut:
Visum et Repertum terbagi dalam 5 bagian:
1. Pembukaan:
• Kata “Pro justisia” untuk peradilan
• Tidak dikenakan materai
• Kerahasiaan
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
• Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat LETDA)
• Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
• Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
• Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
• Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi:
• Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
• Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)
4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis (poin 3)
• Ilmu kedokteran forensik
• Tanggung jawab medis
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no.8 tahun 1981 dan LN no.350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.
Dalam operasional penyidikan, dapat dilaporkan berbagai penemuan dalam pemeriksaan barang bukti/kasus, diungkapkan dalam:
• Visum et Repertum sementara, atau
• Visum et Repertum sambungan/lanjutan, atau
• Surat keterangan medis
CONTOH PENGISIAN BLANGKO VISUM ET REPERTUM
Untuk dapat mengisi Visum et Repertum dengan baik, diharapkan mahasiswa sudah memahami istilah-istilah khusus yang menyangkut keadaan jenazah, misal kaku jenazah, derik tulang, lebam mayat, hematoma (darah beku dalam subkutan), bercak jenazah dan lain-lain. Semua istilah-istilah tersebut digunakan untuk menyamakan persepsi dengan istilah-istilah yang biasa dipakai dan dipahami oleh orang-orang nonmedis (saksi, polisi, hakim dan lain-lain pihak yang berkepentingan) sehingga memperlancar acara persidangan. Jangan sekali-kali menggunakan istilah yang sekiranya belum dipahami oleh masyarakat umum dalam menulis Visum et Repertum. Bila memang ada istilah khusus yang belum terdapat istilah tersebut dalam istilah sehari-hari, tulislah istilah kedokteran tersebut dengan ditambahi keterangan dalam tanda kurung seperlunya.
Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO
Jln. Kesehatan Sekip- Yogyakarta Telp. 587333 psw. 351-352
_________________________________________________________________________
VISUM ET REPERTUM
Nomor:.165…/Tahun..2005…………..
Nama korban :.Orok……………………………………………………
Tanggal pemeriksaan :.11 Februari 2005…………………………………..
PEMERIKSAAN : L/D KODE: KLL/KN/KL/GEL/M
LABORATORIUM :
IDENTIFIKASI :
OBDUKTOR I PROTOKOL I LABORAN WARTAWAN
( ) ( ) ( ) ( )
Disetujui diketik/ tidak
Tgl………………………………. Tgl…………………………..
DOKTER KONSULTAN DOKTER
NIP.
IDENTITAS JENAZAH
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Warga negara :
Agama :
Alamat :
IDENTITAS PENYIDIK
Nama :
Pangkat :
NRP :
Jabatan :
Asal :
Surat nomor :
Tanggal :
Peristiwa kasus :
TIM PEMERIKSA
1. Pemimpin :
2. Obduktor I :
3. Obduktor II :
4. Obduktor III :
5. Protokol I :
6. Protokol II :
7. Wartawan I :
8. Wartawan II :
9. Laboran I :
10. Laboran II :
Saksi
1. Penegak Hukum I :
Penegak Hukum II :
2. Yang lain :
TIM LABORAN:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
KETERANGAN
KONSULTAN : Dokter Ahli Forensik/konsultan ahli
PEMIMPIN : Dokter yang memimpin pelaksanaan otopsi forensik
OBDUKTOR : Dokter/muda yang melakukan pembedahan/otopsi jenazah
PROTOKOL : Dokter/muda yang mencatat proses dan hasil otopsi jenazah
WARTAWAN : Dokter/muda yang mencari berita (fakta) tentang kasus/kejadian
yang menimpa jenazah
LABORAN : Dokter/muda yang memeriksa/menganalisa laboratorium dari
sampel jenazah untuk membantu identifikasi
PROTAP UNTUK WARTAWAN
Pada dasarnya tugas wartawan dalam setiap pemeriksaan kasus adalah:
a. Mengetahui, mencari informasi dan melaporkannya selengkap mungkin kepada pimpinan dan obduktor
b. Informasi yang sudah diperoleh diserahkan kepada protokol, ditandatangani W-1,W-2.
Secara khusus, tugas wartawan pada penanganan kasus-kasus forensik adalah sebagai berikut:
1. Kematian kecelakaan
a. Mencari informasi tentang macam kecelakaan, misal: kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, olahraga, dan lain-lain
b. Mengetahui kapan dan di mana meliputi hari, tanggal dan jam kejadian
c. Mengetahui situasi TKP; informasi bisa dicari dari penyidik, keluarga, teman atau saksi lain
d. Mengetahui benda-benda yang mengenai korban, misal: bus/truk, pohon, aspal, batu dan lain-lain
e. Mengetahui status korban, misal: pembonceng, penumpang, pejalan kaki dan lain-lain
f. Mengetahui sarana yang dipakai korban/membawa apa, misal: helm, sepeda dan lain-lain
g. Mengetahui status kesehatan korban, sudah mendapat perawatan sebelumnya
h. Mengetahui siapa yang mengetahui dan menolong korban, bagaimana perilaku penolong/ pertolongan/tindakan di TKP, termasuk status pendidikan korban
i. Kecelakaan lalu lintas, antara apa dan apa
j. Mencari informasi dari mass media
2. Kematian mendadak
a. Mengetahui kapan korban diketahui hidup (saat terakhir)
b. Mengetahui kapan meninggal
c. Mengetahui siapa yang pertama mengetahui
d. Mengetahui penyakit yang diderita (dari keluarga)
e. Mengetahui latar belakang pengobatan termasuk perawatan di RS, sisa obat
f. Mengetahui situasi di TKP, sikap korban dan akibat gejala
g. Mengetahui mencari informasi mass media
3. Kematian misterius
a. Mengetahui dimana ditemukan
b. Mengetahui siapa yang lapor dan yang pertama mengetahui
c. Mencari keterangan saksi/penyidik
d. Mengetahui situasi di TKP
e. Mencari informasi mass media
4. Kematian kriminal
a. Mengetahui macam peristiwa, penganiayaan, perampokan, dan lain-lain
b. Mengetahui kapan terjadinya dan kapan korban meninggal
c. Mengetahui informasi dari penyidik, apakah sudah mendapat perawatan sebelumnya
d. Mengetahui situasi di TKP, sikap korban
e. Mengetahui masalah korban dan perkiraan pelaku
f. Mengetahui alat yang dipakai pada peristiwa tersebut (benda tajam, tumpul dan lain-lain)
g. Mencari informasi dari mass media
5. Kasus pembongkaran
a. Pertanyaan mengacu pada kasus kriminal dan misterius
b. Kapan meninggal dan kapan dimakamkan, pemakaman normatif atau tidak normatif
c. Sebelumnya apakah korban telah mendapat pemeriksaan atau perawatan untuk Visum et Repertum
d. Penggalian atas inisiatif Penyidik atau keluarga korban atau masyarakat
e. Informasi peristiwa berasal dari masyarakat atau dari keluarga korban atau Penyidik sendiri
f. Instansi mana saja yang terkait dengan pembongkaran disamping Puskesmas, Penyidik
g. Kliping mass media.
LANJUTAN CONTOH VISUM ET REPERTUM YANG SUDAH DIISI
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO
Jln. Kesehatan Sekip- Yogyakarta Telp. 587333 psw. 351-352
_________________________________________________________________________
Nomor:..165……./……Tahun 2005…..
VISUM ET REPERTUM
PROJUSTISIA: Berdasarkan, surat permintaan penyidik, nama: Bintang Satria…., NRP: 60030899…….,pangkat: IPDA…..,jabatan: Kepala kepolisian Sektor Denggung……, nomor surat: B/175/X/2005/sek.Denggung…..,tanggal surat: 11 Februari 2005…., maka Tim Kedokteran Forensik di bawah pimpinan dokter: M. Spesialite, Sp.F….,dibantu dokter: Komuda…., dengan dokter konsultan: M. Forens, Sp.F.(K)…,beserta staf dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta/ Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito pada hari: Jumat…,tanggal:11 Februari 2005……mulai pukul 07.00……sampai pukul 10.00….melakukan pemeriksaan luar dan dalam serta identifikasi di ruang otopsi RSUP Dr. Sardjito, terhadap almarhum/almarhumah. Nama: “X”…….Umur: 9…..bln/tahun, Jenis kelamin: Laki-laki…Agama: Islam….Alamat: (-)….. akibat peristiwa: pembunuhan………..
KETERANGAN
URAIAN PENDAHULUAN VISUM ET REPERTUM
1) Pada pendahuluan Visum et Repertum pada prinsipnya adalah obyektif administrasi. Jadi tergantung apa yang tertulis dalam surat permintaan Visum et Repertum, tidak perlu ditambah atau dirubah, pokoknya persis baik kata/ kalimat dan angka
2) Secara umum isi pada pendahuluan Visum et Repertum adalah:
Identitas penyidik: nama, NRP, pangkat, jabatan, kepolisian mana
Identitas surat permintaan: nomor, tanggal, dari Sektor/Resort atau Polda, cap dan kop surat
Identitas korban/ barang bukti ialah nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, asal, agama, pendidikan, alamat tempat tinggal
Identitas peristiwa: macam (KLL, KN, KL, Misteri), KLL antara apa dan apa, pakai helm/ tidak, kalau kriminal: pembunuhan, penganiayaan, tembakan, tusukan, dan lain-lain
Identitas tempat/saat peristiwa: dimana, kapan, hari, tanggal, jam, lokasi peristiwa
Macam pemeriksaan: pemeriksaan luar atau luar dalam, identifikasi
Barang bukti lain terlampir: ada atau tidak
Identitas pemeriksa ialah oleh Tim Kedokteran Forensik di bawah pimpinan dokter siapa, dibantu siapa saja
Selanjutnya tempat dan saat periksa di Ruang otopsi RSUP Dr. Sardjito, pada hari, tanggal, jam berapa. Dalam hal ini saat pemeriksaan ditulis dengan huruf untuk menghindari penggantian, perubahan atau penambahan
Bila ada barang bukti lain terlampir supaya disebutkan dan mungkin perlu mendapat pemeriksaan apa, barang bukti/ jenazah berlabel atau tidak, dan dengan sendirinya korban/barang bukti diantar oleh penyidik
3) Jadi isi pendahuluan ini, formulirnya sudah jelas, supaya diisi selengkapnya sesuai yang tertulis dalam surat permintaan penyidik, sehingga pada awal membaca Visum et Repertum sudah jelas kasus, peristiwa, kapan, dimana, dalam keadaan ditemukan masih hidup atau sudah meninggal dan apakah sudah mendapat perawatan atau tidak sebelum meninggal.
4) Bila sudah ada perawatan/pengobatan di rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lain, maka perlu mencari/ minta informasi data medik dari unit/ RS tersebut.
LANJUTAN CONTOH VISUM ET REPERTUM YANG SUDAH DIISI
Hasil pemeriksaan itu ialah sebagai berikut:
I. PEMERIKSAAN LUAR DAN IDENTIFIKASI
1. Keadaan jenazah: Jenazah berlabel/tidak berlabel
Jenazah dibungkus kardus warna coklat bertuliskan mesrania 2T super, pertamina dengan ukuran 53x43x16 cm tertutup tanpa plester. Bungkus dibuka tanpa alas kardus berupa koran wawasan, terbit 30 April 2001, 4 lembar. Jenazah dibungkus plastik transparan, kedua ujungnya diikat tali rafia warna biru, jenazah diletakkan melintang. Plastik dibuka, jenazah dibungkus kain batik warna coklat tua dan coklat muda. Kain dibuka, jenazah dalam keadaan telanjang. Jenazah tampak kebiruan pada bagian kepala, bahu kiri, perut bagian bawah, di perut tampak tali pusat yang keluar darahnya.
2. Sikap jenazah di atas meja otopsi:
Jenazah terlentang, muka menghadap ke kanan. Posisi tangan kanan, lengan atas 45 terhadap sumbu tubuh, lengan bawah 170 dari lengan atas, sendi pergelangan tangan 90 dari lengan bawah. Posisi tangan di samping tubuh. Tangan kiri lurus menempel tubuh, sudut lengan atas 0 terhadap sumbu tubuh, lengan bawah 180 terhadap lengan atas, sendi pergelangan tangan lurus terhadap lengan bawah. Jari-jari mencengkeram. Kaki kanan: posisi tungkai atas 90 terhadap sumbu tubuh. Tungkai bawah: 30 terhadap tungkai atas, jari-jari lurus. Kaki kiri: posisi tungkai atas 70 terhadap sumbu tubuh, tungkai bawah 20 terhadap tungkai atas, jari-jari kaki lurus, kedua telapak kaki menghadap ke bawah 70 terhadap sumbu tubuh, tungkai bawah 20 terhadap tungkai atas, jari-jari kaki lurus, kedua telapak kaki menghadap ke bawah.
3. Kaku jenazah: tidak ada kaku jenazah
4. Bercak jenazah:
Terdapat bercak merah keunguan di dada yang tidak hilang dengan penekanan, 9 x 3 ½ cm. Seluruh tangan kanan dan kiri, paha kanan, tungkai bawah dan kaki kiri dan kanan
5. Pembusukan jenazah:
Terdapat tanda-tanda pembusukan di bahu kiri bawah ukuran 5×5 cm, tengah dada ukuran 4×2 cm, dada kiri ukuran 4×5 cm. Perut bawah, punggung belakang atas, ketiak kanan, pangkal paha kanan dan kiri.
6. Ukuran jenazah/Jenazah orok:
Berat jenazah : 2400 gram
Panjang jenazah : 49 cm
Ukuran Jenazah Orok
Lingkar kepala : 32 cm
Fronto Occipitale : 34,5 cm
Mento Occipitale : 42 cm
Lingkar dada : 32,4 cm
7. Kepala
a. Rambut: warna hitam, tidak berubah, panjang 2,9 cm. Sukar dicabut dalam keadaan basah
b. Bagian yang tertutup rambut: tidak tampak pengelupasan, ubun-ubun besar masih terbuka (tulang kengkorak belum menutup), tidak ada luka, tidak ada hematoma (memar). Pada perabaan teraba agak lunak, warna kebiruan
c. Dahi: nampak kebiruan sebagai awal pembusukan, tidak terdapat luka, tidak terdapat hematoma(memar), tidak ada derik tulang
d. Mata kanan: dalam keadaan tertutup, pada kedua sudut mata terdapat kulit warna biru, konjungtiva putih kemerahan, sklera putih kemerahan, kornea keruh, kelopak mata sukar dibuka, bulu mata ukuran 0,3cm keluar darah dari mata
Mata kiri: dalam keadaan tertutup, kelopak mata warna pucat aagak kebiruan. Konjungtiva putih kemerahan, sklera putih kemerahan, kornea keruh. Kelopak mata sukar dibuka
e. Hidung: hidung warna biru, tidak ada cairan keluar dari hidung, luka tidak ada, hematoma (memar) tidak ada, derik tulang tidak ada
f. Mulut: mulut tertutup, bibir mulut berwarna biru kehitaman, gigi belum tumbuh, hematoma(memar) tidak ada, tidak keluar cairan
g. Dagu: tidak ada kelainan
h. Pipi: pipi kanan tampak biru kehijauan, luka tidak ada, memar tidak ada, derik tulang tidak ada
i. Telinga: pada telinga tidak ada kelainan, tidak terdapat retak tulang
8. Leher: tidak ada bekas jeratan, tidak ada retak tulang, tidak ada mema, tidak ada kaku jenazah di leher, warna biru kehijauan
9. Dada: dinding dada lebih tinggi dari dinding perut, kuit dada berwarna putih pucat, luka dan memar tidak ada, bercak warna hijau di bawah bahu kiri ukuran 5x5cm, dada samping kiri ukuran 4x5cm, bercak warna merah keunguan di tengah ada ukuran 4×2 cm,di dada kanan sampai perut kanan atas ukuran 9×3 ½ cm, tidak hilang dengan penekanan
10. Perut: dinding perut lebih rendah dari dinding dada, tampak tali pusat ukuran 8,5 cm dipotong rapi, perkusi timpani, luka dan memar tidak ada, terdapat bercak kehijauan pada 1/3 perut bagian bawah kanan dan kiri, retak tulang tidak ada
11. Alat kelamin: jenis kelamin laki-laki, rambut kelamin tidak ada. Rambut pada batang zakar tidak ada, lubang kelamin ada, ada kantong pelir, buah pelir ada dua buah
12. Anggota atas kanan
Lengan atas: tidak terdapat luka, tidak terdapat memar, tidak terdapat retak tulang, terdapat lemak bayi di lengan atas luar
Lengan bawah: tidak terdapat luka, memar dan retak tulang
Tangan: tidak ada kelainan
Anggota atas kiri
Lengan atas: tidak ada kelainan
Lengan bawah: tidak ada kelainan
Tangan: kuku warna hijau kehitaman, lainnya tak ada kelainan
13. Anggota bawah kanan
Paha: tidak ada kelainan
Tungkai bawah: tidak ada kelainan
Kaki: kuku warna hijau kehitaman, lainnya tidak ada kelainan
Anggota bawah kiri
Paha: tidak ada kelainan
Tungkai bawah: tidak ada kelainan
Kaki: kuku kotor warna biru kehitaman lainnya tidak ada kelainan
14. Punggung: terdapat pengelupasan kulit pada punggung belakang kiri
15. Pantat: tidak ada kelainan
16. Dubur: tidak ada kelainan
17. Bagian tubuh yang lain: tidak ada kelainan
II. PEMERIKSAAN DALAM:
18. Setelah kulit dada dibuka:
Tidak terdapat hematoma(memar) dan retak tulang. Tinggi diafragma kanan pada setinggi antara ruang rusuk 7 dari kiri pada setinggi ruang antara rusuk 7. Tulang dada bagian dalam tidak ada kelainan. Setelah tulang dada diangkat bagian jantung tidak tertutu paru-paru bagian atas 3 jari bawah 3 jari paru-paru kanan/kiri tidak ada perlekatan dengan dinding bagian dalam,mudah dilepas
19. Jantung:
Kantung jantung dibuka, di dalam kantung jantung tidak ada cairan, ukuran 5,3x4x1,5 cm, berat 25 gram, warna merah, konsistensi kenyal, tidak tertutup jaringan. Jantung dibuka: lubang antar bilik kiri dan serambi kiri dan lubang antara bilik kanan dan serambi kanan selebar 0,5 cm, katup jantung warna merah pada perabaan licin dan konsistensi kenyal. Otot papillaris tidak ada kelainan, konsistensi kenyal. Tebal otot bilik kiri 4mm dan serambi krir 2mm, bilik kanan 0,2mm. Serambi kanan 0,2mm. Arteri koronaria dibuka: tidak ada sumbatan aorta, lingkaran 0,5 cm. Warna merah kecoklatan tidak ada kelainan. Arteri pulmonalis ukuran 0,6 cm, klep tidak ada kelainan
20. Paru-paru kanan: terdiri dari tiga bagian tiap bagian tidak ada perlekatan, warna merah kecoklatan, konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan licin, ukuran 8x5x2,8 cm, berat 46 gram, pada pengirisan: warna jaringan merah kehitaman, dipijat keluar cairan merah kehitaman
Paru-paru kiri: terdiri dari dua bagian, tiap-tiap bagian tidak ada perletakatan, warna merah kecoklatan, konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan licin ukuran 8,5x5x2 cm, berat 39 gram pada pengirisan cairan berwarna merah kehitaman
21. Tes Apung paru I : (+)
Tes Apung paru II : (+)
Tes Apung paru III : (+)
22. Hati: warna merah kehitaman, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan tidak berbenjol-benjol, ukuran 13,5×10,5×2,5 cm, berat 147 gram. Pada pengirisan: warna jaringan merah kehitaman, pembuluh vena centralis tidak melebar dan pada pemijatan keluar cairan darah
23. Limpa: warna merah kecoklatan, konsistensi kenyal, permukaan halus tepis tajam, ukuran 6x3x0,9cm, berat 5 gram, pada pengirisan warna jaringan merah kecoklatan, pada pemijatan keluar cairan merah, pada pisau pengiris tidak melekat jaringan dan pada siraman air mudah lepas
24. Ginjal kanan: warna merah kehitaman, konsistensi kenyal, permukaan licin, tidak terdapat jaringan lemak, selaput sukar dilepas. Ukuran 5,5×3,6x1cm, berat 20 gram pada pengirisan: gambaran jaringan ginjal jelas tidak terdapat adanya batu/pasir
Ginjal kiri: warna merah kehitaman, konsistensi kenyal, perubahan licin, tidak tertutup jaringan lemak, selaput sukar dilepas. Ukuran 5×3,6x1cm, berat 25 gram. Pada pengirisan:gambaran ginjal jelas, tidak terdapat adanya batu maupun pasir
25. Lambung, usus halus, usus besar: (-)
26. Kepala: Kulit kepala dibuka, tampak hematoma (memar) pada seluruh permukaan tempurung kepala bagian atas kanan dengan ukuran 9x7cm, tempurung kepala bagian belakang kiri dengan ukuran 4x2cm. Tulang atap kepala dibuka, tidak ada darah di atas selaput otak. Selaput otak dibuka, otak membubur, putih kemerahan berbau, berat otak 350 gram, dasar tulang kepala tidak ada kelainan
27. Leher: tidak ada kelainan
28. Alat-alat dalam yang lain: tidak ada kelainan
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
1. Golongan darah : A/B/AB/O
2. Alkohol dalam darah : Positif/Negatif
3. Parasitologi : Jenis:
4. Toksikologi :
5. Mikrobiologi :
6. Patologi Anatomi :
IV. PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI:
1. Odontologi :
2. Antropologi :
3. DNA :
KETERANGAN
URAIAN PEMBERITAAN VISUM ET REPERTUM
1) Laporan utama yang disebut Visum et Repertum adalah bagian isi/ pemberitaan, karena isinya betul-betul obyektif medis, dari hasil pemeriksaan medis. Jadi apa yang dilihat dan diketemukan pada pemeriksaan kasus/korban/ barang bukti itu yang dilaporkan tertulis
2) Laporan ini dapat meliputi pemeriksaan medis dari:
a. Hasil pemeriksaan TKP
b. Hasil pemeriksaan luar bagian tubuh jenazah
c. Hasil pemeriksaan dalam bagian tubuh/alat-alat dalam jenazah
d. Hasil semua pemeriksaan laboratorium/penunjang
1) Pemeriksaan mikroskopi jaringan (Patologi Anatomi)
2) Toksikologi
3) Parasitologi
4) Mikrobiologi
5) Identifikasi anthropologi
6) Identifikasi odontologi
7) Kimia darah
8) Laboratorium lain (DNA)
9) Kasus tidak dikenal, laporan pemberitaan ditambah:
a. Pemeriksaan identifikasi-biologi manusia:
Odontologi
Anthropologi
Ciri khusus
Darah-ABO
DNA
b. Identifikasi administrasi-dalam bentuk surat-surat/ barang tulisan yang terbawa korban
c. Identifikasi kebendaan-dalam bentuk benda/barang yang terbawa/ terpakai korban
d. Kombinasi identifikasi biologi, administrasi dan kebendaan dapat mengarah kepada siapa kasus/korban tersebut
4) Kasus tinggal tulang-tulang: pemeriksaan anthropologi dan odontologi yang dapat menentukan, kecuali kematian karena racun pemeriksaan toksikologi dapat menentukan
5) Para praktisi hukum, bila membaca laporan ini mungkin ada yang tidak jelas (istilah atau kalimat) yang kadang-kadang dari medis tak dapat dihindarkan atau untuk istilah yang tepat. Berbagai semua pemeriksaan yang sifatnya fatal dan menunjukkan angka (misalnya darah) supaya ditulis dengan angka. Berbagai temuan ditulis dengan istilah medis biasanya ada penjelasan atau digambar, disampaikan dalam bentuk tambahan sendiri atau lampiran Visum et Repertum. Jadi jelas isi/pemberitaan bagian Visum et Repertum ini bersifat obyektif medis.
LANJUTAN CONTOH VISUM ET REPERTUM YANG SUDAH DIISI
V. KESIMPULAN:
1) Bayi lahir cukup bulan(I.6)
2) Golongan darah O (III.1)
3) Jenis kelamin laki-laki
4) Bayi ada perawatan normatif (I.1)
5) Bayi lahir hidup (II.21)
6) Cacat bawaan: tidak ada
7) Jenazah dalam proses pembusukan (I.5)
8) Sebab kematian: Terdapat hematoma(memar) pada tempurung kepala bagian atas kanan, ukuran 9x7cm, tempurung kepala bagian belakang kiri dengan ukuran 4x2cm akibat kekerasan benda tumpul (II.26).
KETERANGAN
URAIAN KESIMPULAN VISUM ET REPERTUM
1) Dari hasil berbagai pemeriksaan medis, dapat dilakukan inventarisasi masalah pokok sesuai dengan arah tujuan pemeriksaan kasus/korban/ barang bukti. Tujuannya memberi informasi kepada pihak penyidik atau praktisi hukum, sehingga mempermudah penerapannya. Informasi tersebut misalnya mengenai:
a) Identitas korban
b) Saat kematian
c) Kelainan-kelainan akibat peristiwa/penyakit sebelumnya
d) Mengapa terjadi kelainan tersebut, apakah akibat kekerasan tumpul, tajam, racun, kimia, senjata api, listrik, dan lain-lain (akibat penyebab)
e) Berbagai gejala sebab kematian
f) Sebab kematian-satu penyebab atau lebih yang sifatnya mandiri atau terkait mendukung
g) Bila memungkinkan cara kematian, yang pada prinsipnya harus mengikuti pemeriksaan TKP/Rekonstruksi
h) Untuk kasus orok-ada hal-hal khusus yang harus dijelaskan seperti di bawah ini
2) Jadi kesimpulan ini pada prinsipnya subyektif medis, karena tergantung penalaran dokter masing-masing pembaca/ penanggung jawab. Dan apa yang disimpulkan adalah hasil analisa medis (Subyektif medis)
3) Dasar membuat kesimpulan adalah:
a. Mempergunakan ilmu kedokteran
b. Hasil pemeriksaan medis
c. Dapat orientasi dengan ilmu Hukum sepanjang dapat dipertanggungjawabkan
d. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis
e. Informasi di luar pemeriksaan medis, dapat menjadikan pertimbangan
4) Pada kesimpulan, mengingat sifatnya subyektif, maka tiap person dokter atau ahli lain termasuk para praktisi hukum dapat berbeda pendapat, sehingga disini dapat merupakan media diskusi yang baik. Biasanya media diskusi terjadi bila dokter sebagai saksi ahli dalam forum sidang pengadilan akan mendapat pertanyaan-pertanyaan dari para praktisi hukum ialah: Hakim, Jaksa, Pembela atau Penasihat Hukum, Penyidik atau bahkan dari Terdakwa.
5) Maka dalam menyusun laporan dan kesimpulan harus hati-hati, selalu dikembalikan kepada dirinya sendiri sebagai pertanyaan dapatkah mempertanggungjawabkan?
6) Dokter yang dipanggil sebagai saksi ahli di pengadilan harus mengucapkan sumpah/janji lagi sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing dokter (Sanksi pasal 161 KUHAP).
Tatacara urutan kesimpulan:
1. Tiap baris kesimpulan diakhiri kalimat diisi nomor penunjuk sebagai alasan, ditulis dalam kurung
2. Kelainan-kelainan yang bersifat fatal/berat disebut lebih dulu sebagai alasan penyebab kematian
3. Kelainan-kelainan yang sifatnya ringan dan tidak ada hubungan dengan penyebab kematian disebut sebelum akhir kesimpulan
4. Untuk jenazah tidak dikenal, identitas korban disebut pada awal (no.1) kesimpulan
5. Untuk jenazah dikenal, identitas dan saat kematian disebut pada akhir kesimpulan (kalau diperlukan)
6. Untuk kasus kematian mendadak, pada awal kesimpulan, tidak ada kelainan akibat kekerasan
7. Untuk kasus jenazah orok, ada hal-hal khusus yang harus dijelaskan:
a) Umur dalam kandungan
b) Ada/ tidak ada cacat
c) Sudah/ belum ada perawatan normatif
d) Identitas orok-jenis kelamin, golongan darah dan DNA
e) Lahir hidup atau lahir mati (belum/ sudah bernafas)
f) Sebab kematian diluar kandungan
g) Cara kematian
h) Lain-lain yang perlu diinformasikan
8. Untuk kasus gelandangan tidak ada kelainan akibat kekerasan, sebab kematian akibat penyakit/ kelemasan. Selanjutnya jenazah dikirim ke Fakultas Kedokteran UGM atas ijin penyidik dan Pemda setempat (tertulis) untuk kadaver (bila jenazah masih baik)
9. Untuk jenazah membusuk atau tinggal tulang-tulang perlu disebutkan dalam awal kesimpulan
LANJUTAN CONTOH VISUM ET REPERTUM YANG SUDAH DIISI
VI. PENUTUP
Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara No. 350 tahun 1937 serta Undang-undang No. 8 tahun 1981.
Tanda tangan,
NIP:
KETERANGAN
URAIAN PENUTUP VISUM ET REPERTUM
1. Semua maklum dan menyadari bahwa apa yang disampaikan dari hasil pemeriksaan medis selalu secara ilmiah medis dan mengingat sumpahnya sebagai dokter. Maka Visum et Repertum dalam penutupnya menyatakan dengan mengingat Sumpah Jabatan
2. Disamping itu, pembuatan Visum et Repertum berdasarkan surat permintaan pihak Penyidik dengan landasan operasional UU No.8 Tahun 1981
3. Selanjutnya pengertian Visum et Repertum tersirat dalam Lembaran Negara No.350 Tahun 1937 yang sampai saat ini Lembaran Negara masih berlaku. Maka dalam penutup Visum et Repertum ditambah dengan berdasarkan LN No.350 Tahun 1937
4. Setelah penutup, terakhir kalimat/ kata adalah tanda tangan dan nama dokter serta cap instansi dimana dokter tersebut bekerja/bertugas. Jadi tidak perlu pakai tanggal, karena tanggal sudah tertulis dalam pendahuluan ialah saat pemeriksaan kasus/korban/barang bukti.
PRINSIP PEMERIKSAAN JENAZAH
A. Landasan
1. Ada surat penyerahan jenazah forensik, ditandai dengan serah-terima barang bukti jenazah forensik
2. Ada surat permintaan sementara dari pihak penyidik untuk korban jenazah forensik dengan atau dilampiri surat persetujuan keluarga untuk dilakukan:
a. pemeriksaan luar saja atau
b. pemeriksaan luar dan dalam
untuk menghindari materai 6000,00 surat pernyataan dengan kode di kiri atas “PRO JUSTISIA”
3. Ada surat permintaan Visum et Repertum definitif, dilampiri surat pernyataan pihak keluarga untuk dilakukan
a. pemeriksaan luar saja atau
b. pemeriksaan luar dan dalam
4. Setiap pemeriksaan jenazah forensik hanya luar saja:
a. diambil darah untuk golongan darah, deteksi alkohol dan narkoba (untuk identifikasi)
b. ditampung cairan dari hidung dan mulut bila ada praduga keracunan
c. diambil jaringan pada tempat luka untuk pemeriksaan Patologi Anatomi, adanya tanda-tanda intravital
d. diambil Odontologi bila jenazah tidak dikenal
5. Untuk pemeriksaan otopsi disamping dilakukan pemeriksaan luar tersebut di atas, dilakukan otopsi dimana irisan median tergantung dari:
a. agama
b. jenis kelamin
c. umur (bayi dan tidak bayi/anak)
d. peristiwa
pemeriksaan penunjang:
a. Odontologi bila tak dikenal, koordinasi dengan dokter gigi
b. Sidik jari (daktiloskop), kerjasama dengan dokter anthropolog
c. Patologi anatomi
d. Toksikologi bila:
• Dugaan, cukup lambung dan isinya
• Indikasi keracunan, yang diambil:
• Lambung dan usus
• Hepar, lien, ginjal
• Paru, otak, lidah
• Rambut, kuku, kulit( keracunan kronis)
Pemeriksaan penunjang mempergunakan formulir yang tersedia dengan pengiriman (surat ini):
a. Golongan darah deteksi alkohol dan narkoba
b. PA ke Instalasi PA RSUP Dr. Sardjito
c. Toksikologi sederhana ke BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) DIY
d. Toksikologi luas ke Labkrim (Laboratorium Kriminal) Polda Jateng
e. Larva ke Laboratorium Parasitologi untuk kasus membusuk dengan ditemukannya lalat (menentukan umur lalat dan penunjang saat kematian)
f. Mikrobiologi berupa sampel darah dari ruang jantung bila ada dugaan sepsis
g. Anthropologi berupa sampel tulang-tulang untuk identifikasi (umur, jenis kelamin,ras)
B. Surat-Surat
1. Surat-surat sementara dari pihak penyidik, tetapi segera ditanyakan surat definitifnya
2. Bila korban sudah dirawat di Rumah Sakit/Puskesmas/Dokter, supaya membuat surat permintaan informasi data medik sesuai kebutuhan untuk kelengkapan data pembuatan Visum et Repertum
3. Kasus-kasus kecelakaan yang dicurigai adanya praduga kriminal, supaya minta informasi data dari pihak penyidik yang mengirim yaitu hasil pemeriksaan TKP dan keterangan saksi atau keluarga
4. Semua kasus, tugas wartawan forensik merupakan kunci, terutama kasus-kasus kriminal
5. Semua data terkumpul di TU (Tata Usaha), tidak boleh dibawa pulang oleh siapapun supaya jangan sampai dituduh menghilangkan barang bukti
6. Surat-surat pelayanan kedokteran forensik termasuk surat pemeriksaan penunjang/ laboratorium toksikologi dalam status Visum et Repertum
7. Surat-surat pemeriksaan keluarga korban dan surat-surat lain dari pihak penegak hukum.
PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN KETERAMPILAN MEDIK
Lakukan secara simulasi prosedur pembuatan Visum et Repertum berikut ini berdasarkan kasus yang disediakan oleh instruktur.
1. Mengumpulkan data dari anggota tim otopsi forensik (protokol, wartawan dan laboran forensik) dan surat permintaan otopsi dari pihak penyidik/kepolisian
2. Mencermati data dengan teliti dari hasil visum dan konfirmasi atas data yang kurang jelas (umumnya masih dalam tulisan tangan/manuskrip) dan surat permintaan visum penyidik.
3. Mengisi blangko formulir Visum et Repertum sesuai dengan data yang telah dihimpun sebelumnya dengan lengkap (dari A-Z) secara teliti dan hati-hati, meliputi pembukaan, pendahuluan, inti/isi, kesimpulan dan penutup
4. Melakukan konsultasi dan pengesahan kepada Dokter Konsultan Forensik
DAFTAR PUSTAKA
Guntur, P.J.L.,2000. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta.
Soegandhi, R., 2001. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta
Soegandhi, R., 2001. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et Repertum di RSUP Dr. Sardjito, Ed.2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta
LAMPIRAN 1
CONTOH FORMAT VISUM ET REPERTUM
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO
Jln. Kesehatan Sekip- Yogyakarta Telp. 587333 psw. 351-352
_________________________________________________________________________
VISUM ET REPERTUM
Nomor:………/Tahun………………
Nama korban :…………………………………………………….
Tanggal pemeriksaan :…………………………………………………….
PEMERIKSAAN : L/D KODE: KLL/KN/KL/GEL/M
LABORATORIUM :
IDENTIFIKASI :
OBDUKTOR I PROTOKOL I LABORAN WARTAWAN
( ) ( ) ( ) ( )
Disetujui diketik/ tidak
Tgl………………………………. Tgl…………………………..
DOKTER KONSULTAN DOKTER
NIP.
IDENTITAS JENAZAH
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Warga negara :
Agama :
Alamat :
IDENTITAS PENYIDIK
Nama :
Pangkat :
NRP :
Jabatan :
Asal :
Surat nomor :
Tanggal :
Peristiwa kasus :
TIM PEMERIKSA
Pemimpin :
Obduktor I :
Obduktor II :
Obduktor III :
Protokol I :
Protokol II :
Wartawan I :
Wartawan II :
Laboran I :
Laboran II :
Saksi
(a) Penegak Hukum I :
(b) Penegak Hukum II :
c. Yang lain :
TIM LABORAN:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO
Jln. Kesehatan Sekip- Yogyakarta Telp. 587333 psw. 351-352
_________________________________________________________________________
Nomor:………/………..
VISUM ET REPERTUM
PROJUSTISIA: Berdasarkan, surat permintaan penyidik, nama:………………………………….., NRP:………………………………, pangkat:…………………………., jabatan: ………. ……………………………………………………, nomor surat:……………………………., tanggal surat:……………………………., maka Tim Kedokteran Forensik di bawah pimpinan dokter:……………………………………………., dibantu dokter: …………………………………, dengan dokter konsultan:…………………………….., beserta staf dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta/ Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito pada hari:……………., tanggal:…………………….mulai pukul……………..sampai pukul…………………. melakukan pemeriksaan luar dan dalam serta identifikasi di ruang otopsi RSUP Dr. Sardjito, terhadap almarhum/almarhumah. Nama:………………….Umur:…………………….bln/tahun, Jenis kelamin:……………………………Agama:…………………………..Alamat:………………………………………………………………………………. akibat peristiwa:…………………………………………………………………………………………
Hasil pemeriksaan itu ialah sebagai berikut:
I. PEMERIKSAAN LUAR DAN IDENTIFIKASI:
1. Keadaan jenazah:
2. Sikap jenazah di atas meja otopsi:
3. Kaku jenazah:
4. Bercak jenazah:
5. Pembusukan jenazah:
6. Ukuran jenazah/Jenazah orok:
a. Berat jenazah:
b. Panjang jenazah:
c. Ukuran Jenazah Orok
d. Lingkar kepala:
i. Fronto Occipitale:
ii. Mento Occipitale:
e. Lingkar dada:
7. Kepala
f. Rambut:
g. Bagian yang tertutup rambut:
h. Dahi:
i. Mata kanan:
j. Mata kiri:
k. Hidung:
l. Mulut:
m. Dagu:
n. Pipi:
o. Telinga kanan
p. Telinga kiri
8. Leher:
9. Dada:
10. Perut:
11. Alat kelamin:
12. Anggota atas kanan
q. Lengan atas:
r. Lengan bawah:
s. Tangan
Anggota atas kiri
a. Lengan atas:
b. Lengan bawah:
c. Tangan:
13. Anggota bawah kanan:
t. Paha:
u. Tungkai bawah:
v. Kaki
Anggota bawah kiri
a. Paha:
b. Tungkai bawah:
c. Kaki:
14. Punggung:
15. Pantat:
16. Dubur:
17. Bagian tubuh yang lain:
II. PEMERIKSAAN DALAM:
18. Setelah kulit dada dibuka:
19. Jantung:
20. Paru-paru kanan:
Paru-paru kiri:
21. a. Tes Apung paru I
b. Tes Apung paru II
c. Tes Apung paru III
22. Hati:
23. Limpa:
24. Ginjal kanan:
Ginjal kiri:
25. Lambung, usus halus, usus besar:
26. Kepala:
27. Leher:
28. Alat-alat dalam yang lain:
VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
1. Golongan darah : A/B/AB/O
2. Alkohol dalam darah : Positif/Negatif
3. Parasitologi : Jenis:
4. Toksikologi :
5. Mikrobiologi :
6. Patologi Anatomi :
VIII. PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI:
1. Odontologi :
2. Antropologi :
3. DNA :
IX. KESIMPULAN:
X. PENUTUP
Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara No. 350 tahun 1937 serta Undang-undang No. 8 tahun 1981.
Tanda tangan,

Visum Et Repertum (VER)

Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib untuk kepentingan peradilan.

unsur-unsur dari suatu Visum et repertum (VER) :

1.Projustitia : Pada bagian atas kertas untuk mengganti kewajiban menempel materai artinya demi keadilan
2.Pendahuluan : Isinya; identitas pemeriksa, korban dan peminta VER juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
3.Pemberitaan : Merupakan bagian terpenting dari VE, berisikan keterangan tentang apa yang dilihat dan diperoleh (objektif)
4.Kesimpulan :
- Jenis luka dan jenis kekerasan
- Pada orang hidup: tulis kualifikasi luka
- Pada orang mati : tulis sebab kematian
5.Penutup: berisi
- Sumpah/janji sesuai dengan sumpah jabatan/pekerjaan, berbunyi: “VER ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.”
- Tandatangan dan nama terang dokter yang membuat VER.

Apa itu pemberitaan visum? yakni Hasil pemeriksaan (data)yang fungsinya :
- sebagai barang bukti, cara yang dilihat dan diperoleh dokter
- Untuk analisa dalam membuat kesimpulan

Yang menuntut dokter untuk menganalisa menuju kesimpulan adalah permintaan visum. Jadi permintaan visum merupakan pertanyaan polisi, analisa → kesimpulan merupakan jawaban dokter.

Pada kasus Kecelakaan Lalu-Lintas, pertanyaannya:
1.Sebab kematian
2.Benarkan kecelakaan lalu-lintas, apakah bukan pembunuhan
3.Apakah korban tidak sedang mabuk

Hakikat visum : mencari kejadian yang sebenarnya terjadi/dialami korban. Kita tidak bisa memakai data polisi untuk menganalisa, oleh karena visum: apa yang dilihat dan apa yang didapat, bukan yang didengar.

Kesimpulan bahwa meninggal, akibat kecelakaan lalulintas bukan kesimpulan dokter tetapi kesimpulan polisi. Dokter hanya memberikan data tentang luka-luka dan sebab kematian.

Dokter tidak bisa berkesimpulan bahwa korban sedang mabuk oleh karena kadar alkohol yang disebabkan mabuk berbeda-beda untuk tiap orang dan dokter tidak bisa pastikan apakah kadar alkohol tertentu orang/korban menjadikannya mabuk. Dokter hanya bisa berikan data bahwa terdapat alkohol dan kadar sekian dalam darah korban.

Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang diberikan dokter, apakah:
- kecelakaan (data)
- sengaja ditabrak (data)
- Mabuk (data)
- Bunuh diri (data)
- Mati baru ditabrak (medis) diketahui dari sebab kematian

Dalam visum: Jangan hanya menyimpulkan sebab kematian tetapi juga patogenesis kematiannya.

Pada luka tembak harus disimpulkan:
1. Sebab kematian
2. Jarak dan arah tembakan

Pemberitaan: Barang bukti
Ringkasan dan kesimpulan → bukan barang bukti


Kasus Luka Tusuk


Data:
1. Luka tusuk dari belakang menembus dan merobek aorta yang menyebabkan perdarahan ± 750 cc dalam rongga dada.
2. Luka tusuk dari arah belakang tembus hepar menyebabkan perdarahan 300 cc.

Data medis lain yang membantu polisi: apakah hamil atau tidak pada korban ♀ → membantu polisi menganalisa dan menyimpulkan sebab akibat/hubungan kehamilan dan penikaman.

Perlu dokter mendeskripsikan luka bukan deskripsi jenis senjata sebab nanti polisi yang mendeskripsikan senjata.

2 tugas dalam membuat visum :
1.Memindahkan luka – luka ke kertas sebagai pengganti barang bukti.
2.Menalar sebagai saksi ahli untuk sampai pada kesimpulan.

Kesimpulan tentang apa yang dibuat/dimuat ?
  1. sebab kematian
  2. saat kematian
  3. patogenesa sebab kematian, kenapa diperlukan sebab kematian dan patogenesanya? untuk mengetahui mati wajar atau tidak
Ringkasan harus meliputi 2 unsur :
  1. Sebab kematian : asfiksia, Why ? ada sianosis
  • ada perdarahan subkonjungtiva
  • ada perdarahan hati
  • ada perdarahan ginjal
  • ada perdarahan paru - paru
  1. Kenapa bisa terjadi asfiksia ?
  • mungkin intoksikasi, apa buktinya ? ada bahan organoklorida (antikolenesterase) baygon
  • apa itu organoklorida ? Baygon
Kalau orang mati baru dikasih minum baygon, tidak akan ada penyerapan (tidak diabsorbsi), sehingga tidak akan ditemukan dalam darah, oleh karena itu botol darah tidak boleh dicampur dengan botol hati, ginjal, untuk bisa membedakan apakah korban nanti mati baru diberi baygon atau minum baygon dulu baru mati.

Data apa untuk membuktikan dia minum sendiri / paksa ?
tanda – tanda kekerasan tanda yang bisa mendukung :
  • ada kebiruan di daerah perut (memar tanda kekerasan baru, ada tidak tanda pembusukan ?
  • ada sikatriks tanda kekerasan lama

Kenapa pada asfiksia ada perdarahan ?

Karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan karena bendungan pada a. pulmonalis sehingga darah statis tekanan meningkat kapiler darah pecah.


Asfiksia --> aliran darah dari a. pulmonalis ke paru terhambat --> jantung terbendung --> pembuluh darah terbendung --> kapiler pecah --> Kapiler pecah karena ukurannya yang paling kecil.

Kenapa arteri pulmonalis yang menuju ke atrium terhambat ?Apa bukti ada kerjasama paru dan jantung mengangkut oksigen ?
  • Nukti sederhana : Kalau “orang loncat” frekuensi napas meningkat yang diikuti penambahan konsentrasi.
  • Bukti untuk dokter forensik : surat, bukan dokter forensik : petunjuk.

Pemberitaan: Segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan (hasilnya)
Fungsi VER: - Saksi ahli - Barang bukti
Yang berfungsi dalam VER (barang bukti) adalah pemberitaan